Baru Dibangun 2023, Jalan Cor Beton Rp1,8 M di Ngusikan Ambrol Lagi, Siapa Bertanggung Jawab?

23 Oktober 2025 11:50 23 Okt 2025 11:50

Thumbnail Baru Dibangun 2023, Jalan Cor Beton Rp1,8 M di Ngusikan Ambrol Lagi, Siapa Bertanggung Jawab?
Proyek jalan cor beton (rigid) ruas Cupak–Asemgede di Desa Asemgede, Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang, kembali ambrol. (Foto: Istimewa)

KETIK, JOMBANG – Proyek jalan cor beton (rigid) ruas Cupak–Asemgede di Desa Asemgede, Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang, kembali ambrol. Padahal, jalan ini baru dibangun tahun 2023 lalu menggunakan anggaran Rp1,8 miliar dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Jombang.

Kerusakan sepanjang sekitar 100 meter ini merupakan yang kedua kalinya terjadi dalam dua tahun terakhir, sehingga menimbulkan dugaan adanya kesalahan konstruksi sekaligus indikasi adanya penyimpangan dalam pelaksanaan proyek.

“Proyek ini memang kita kerjakan tahun lalu. Tahun 2024 sempat ada kerusakan kecil dan sudah dilakukan pemeliharaan oleh penyedia,” kata Kepala Dinas PUPR Jombang, Bayu Pancoroadi, Kamis, 23 Oktober 2025.

Diketahui, di laman lelang tender LPSE proyek jalan tersebut dikerjakan oleh CV Ragil Jaya yang beralamat di Jalan Gubernur Suryo Gang IV Sengon, Kabupaten Jombang dengan nilai kontrak Rp1.886.959.767. 

Namun, belum genap dua tahun usai dibangun, kondisi jalan sudah rusak berat bahkan ambrol seluruh badan jalan.

Bayu menyebut penyebab ambrolnya jalan karena longsor akibat curah hujan tinggi dan kondisi tanah yang labil.

“Memang rusak karena longsor. Kemarin hujan deras dan posisi tanah di bawah jalan itu tergerus,” ujarnya.

Namun, alasan ini dinilai tak cukup menjelaskan mengapa jalan baru bisa rusak berulang kali. Pasalnya, proyek jalan cor seharusnya dirancang dengan memperhitungkan struktur tanah, sistem drainase, serta daya dukung beban lalu lintas.

Sejumlah warga bahkan mencurigai adanya kualitas pekerjaan yang tidak sesuai spesifikasi teknis.

“Jalan ini baru setahun dibangun, tapi sudah ambrol lagi. Dulu katanya sudah dibuatkan duiker, tapi April kemarin sempat longsor sedikit,” ujar Didik Sadianto, warga setempat, Selasa, 21 Oktober 2025.

Ironisnya, saat kejadian ambrol terbaru, proyek tembok penahan jalan (TPJ) di titik tersebut justru sedang dikerjakan.

“Di lokasi sebenarnya sedang dibuatkan tembok penahan. Tapi karena hujan deras sejak siang sampai sore, akhirnya longsor lagi,” katanya.

Ambrolnya proyek berulang ini memunculkan pertanyaan publik tentang pengawasan dan akuntabilitas proyek infrastruktur daerah. Masyarakat berharap Pemkab Jombang tidak hanya melakukan perbaikan darurat, tetapi juga mengevaluasi desain, kualitas material, serta proses lelang dan pelaksanaan proyek yang terindikasi bermasalah.

Kerusakan jalan yang berulang di lokasi yang sama juga bisa menjadi indikasi lemahnya pengawasan lapangan dan kemungkinan adanya penyimpangan dalam pelaksanaan kontrak.

“Kalau kualitas konstruksinya benar, mestinya tidak rusak secepat ini. Harusnya ada audit teknis dan investigasi independen,” ujar salah satu tokoh masyarakat Ngusikan yang enggan disebut namanya.

Akibat ambrolnya jalan tersebut, akses utama warga di wilayah Cupak–Asemgede kembali terputus dan tak bisa dilalui kendaraan. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 17.00 WIB, saat hujan deras mengguyur wilayah Jombang bagian utara.

Masyarakat kini menunggu tindakan tegas Pemkab Jombang dan aparat penegak hukum untuk mengusut kemungkinan adanya kelalaian teknis maupun dugaan permainan proyek dalam pembangunan jalan senilai miliaran rupiah ini. 

Hingga berita ini ditulis, upaya untuk mengonfirmasi pemenang lelang masih terus dilakukan.

Tombol Google News

Tags:

konstruksi Jalan Ambrol Jalan Ambles pemkab Jombang PUPR Jombang