KETIK, MALANG – Butuh waktu hingga 1 dekade bagi Kota Malang dapat bangkit dan tumbuh menjadi Jaringan Kota Kreatif Dunia atau UNESCO Creative Cities Network (UCCN). Perjalanan panjang dimulai dari hasrat pemuda untuk memiliki navigasi pembangunan bagi Kota Malang.
Vicky Arief, Koordinator Malang Creative Fussion (MCF) menjelaskan para pelaku kreatif berkumpul untuk melihat potensi besar yang dimiliki Kota Malang. Mereka melihat bahwa potensi tersebut berupa talenta kreatif yang berhubungan dengan perkembangan teknologi dan digital.
"Untuk itu pelan-pelan muncul MCF sebagai forum lintas komunitas kreatif. Muncul Komite Ekonomi Kreatif Kota Malang di bawah SK Wali Kota pada 2016. Kebijakan Pemkot Malang mendorong kita bahwa Kota Malang layak menjadi Kota Kreatif Dunia," ujarnya, Sabtu, 1 November 2025.
Sebelum ditetapkan sebagai Kota Kreatif Dunia, pada 2019 Kota Malang terlebih dahulu ditetapkan sebagai Kota Kreatif Indonesia. Berlanjut pada 2021, Kota Malang menjadi 3 terbaik di tingkat nasional dan terbaik pertama di Jatim pada Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) yang diselenggarakan oleh Bappenas.
Setelah menjadi Kota Kreatif Indonesia, Kota Malang memacu diri untuk naik kelas menjadi Kota Kreatif Dunia. Pada tahun 2024, Kota Malang bergabung bersama lebih dari 80 daerah di Indonesia untuk diseleksi. Hingga akhirnya terpilihlah Kota Malang bersama Ponorogo untuk mewakili Indonesia di tingkat internasional.
"Alhamdulillah sekarang Kota Malang telah resmi menjadi Kota Kreatif Dunia Bidang Media Art. Tentunya ini merupakan sebuah penghargaan besar dan hanya awalan," tegasnya.
Gelar baru tersebut menjadi tanggungjawab besar untuk dapat memberikan dampak bagi masyarakat. Sebagai Kota Kreatif Dunia, Kota Malang ingin mengangkat isu terkait peningkatan sumber daya manusia (SDM).
Melalui penguatan pendidikan, serta pertumbuhan ekonomi agar memberi kontribusi terhadap investasi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) maupun Produk Domestik Bruto (PDB).
"Kita sudah gak relevan ketika hanya bicara ekonomi kreatif saja. Kita sudah bicara tentang kota kreatif, jadi naik kelas. Kita punya pointer yaitu bicara tentang SDM atau pendidikan, lalu berhubungan dengan lingkungan, dan pertumbuhan ekonomi," tegasnya.
Pemilihan fokus tersebut bukan tanpa alasan, mengingat Kota Malang sempat menjadi daerah dengan angka pengangguran terbuka tertinggi di Jawa Timur.
Menurut salah satu tim penyusun Dossier UNESCO Malang City of Media Art itu, status sebagai Kota Kreatif Dunia tak hanya mampu meningkatkan kualitas SDM, namun juga mendorong investasi dan pariwisata berbasis inovasi.
"Secara teknis memang kalau kita lihat jadi Kota Kreatif Dunia itu berangkatnya harus pada impact. Tantangan berikutnya bagaimana kota kreatif dijadikan platform untuk lintas stakeholder. Mulai akademisi, pengusaha, komunitas pemerintah, media dan aplikator," tutupnya. (*)
