KETIK, SIDOARJO – Saat tiba di rumah Tumilasning, anggota DPRD Sidoarjo Dhamroni Chudlori spontan berseru, ”Lho, kok masih ada yang seperti ini. Ini lebih layak dibantu.” Dia prihatin. Perempuan sebatangkara itu benar-benar tak punya apa-apa.
Bagian depan rumahnya adalah seng-seng rosokan yang dipasang sekenanya. Ada ruangan kecil dengan tembok yang sudah lawas. Lapuk. Barang-barang bekas berserakan. Dari halaman, bagian dalam, hingga kamar mandi. Kasur kapuk tua adalah tempat Tumilasning menjalani hari-hari pahitnya. Tanpa mimpi.
Kondisi rumah Tumilasning yang memprihatinkan di Dusun Karangnongko, Desa Karangpuri, Wonoayu. (Foto: Ketik.com)
Informasi masuk ke ponsel Dhamroni Chudlori pada Selasa malam (5 Agustus 2025). Esok harinya, yaitu Rabu (6 Agustus 2025), Legislator asal Tulangan ini pun mendatangi rumah perempuan 57 tahun tersebut. Lokasinya tersembunyi di Dusun Karangnongko, Desa Karangpuri, Kecamatan Wonoayu. Di antara poho pisang dan bambu.
”Bu, kulo Dhamroni,” kata anggota DPRD berusia 56 tahun tersebut sambil membungkuk. Pintu rumah terlalu rendah.
”Nggih, Pak,” balas tuan rumah.
Setelah itu, Dhamroni menanyakan kondisi kesehatan Tumilasning. Apakah telah masuk BJPS Kesehatan. Sudah dapat bantuan apa saja. Beras, uang, atau apa? Juga kebutuhan apa saja yang perlu dibantu.
”Mukenah punya ta? Kulo belikan mukenah nggih?” ungkap Dhamroni.
Anggota DPRD Sidoarjo Dhamroni Chudlori bertemu dengan Tumilasning yang ditemani Julaikhah saat mengunjungi rumahnya pada Rabu (6 Agustus 2026). (Foto: Fathur Roziq/Ketik.com) anggota DPRD Sidoarjo Dhamroni
Tumilasning lalu mengambil sebuah tas kresek dari tumpuka peralatan dapur. Di situlah dia menyimpan surat-surat. Di antaranya kartu keluarga (KK). Ternyata Tumilasning masih masuk KK keluarga saudaranya. Karena itulah dia terhalang memperoleh beberapa bantuan dari pemerintah. Tak punya pendapatan pasti.
”Kerja nopo Sampeyan,” tanya Dhamroni.
”Mboten saget kerja nopo-nopo, Pak. Bisanya tandur-tandur,”
jawab Tumilasning.
”Terus uang untuk keperluan sehari-hari saking pundi?” tanya Dhamroni lagi.
”Nggih dikasih. Dikasih orang, saudara,” ungkap Tumilasning.
”Kalau sakit gimana?”
”Kulo nggak pernah sakit, Pak. Tarak (pantang makanan tertentu). Makan tahu tempat mawon,” jelas Tumilasning panjang lebar.
Dhamroni lantas memanggil kader kesehatan dan tenaga kesejahteraan sosial desa. Mereka diminta membantu Tumilasning agar segera punya KTP dan KK sendiri. Misalnya sakit. Dia bisa langsung berobat ke puskesmas terdekat. Tanpa harus ribet. Gratis pula. Biayanya dijamin oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.
Dhamroni Chudlori mengecek data kependudukan Tumilasning yang tersimpan di tas kresek. (Foto: Ketik.com)
Dhamroni masih membantu mereka dengan menghubungi beberapa pejabat dinas di Pemkab Sidoarjo untuk pengurusan dokumen kependudukan. Agar Tumilasning segera mendapatkan bantuan pemerintah.
Tumilasning mengangguk-angguk tanda setuju. Dia senang. Leibih-lebih Dhamroni datang dengan membawa bantuan sembako. Juga memberikan sejumlah uang. Untuk beli makanan, mukenah, atau pakaian. Kalau kurang akan dibawakan tambahan pakaian.
”Sampeyan gak kepingin duwe bojo ta?”
”Mboten blasssss,” jawab Tumilasning tegas.
Rupanya, sejak masih gadis, perempuan kelahiran 1968 tersebut tidak pernah menikah sama sekali. Punya suami bikin repot. Karena harus melayani setiap hari.
”Tak golekno ya,” goda Dhamroni yang saat itu ditemani Camat Wonoayu Anwar dan beberapa perangkat desa. Mereka terkekeh.
”Mboten usah, Pak. Ngeten mawon enak,” tolak Tumilasning, lantas tertawa lepas.
Menurut Julaikhah, kakak iparnya, Tumilasning bukan orang yang mudah menerima bantuan. Beberapa kali ada yang berniat membelikan barang-barang atau memperbaiki rumah, Tumilasning tidak mau. Termasuk, bantuan dari dirinya sebagai saudara.
”Orangnya ya begitu. Mboten purun kedekekan (tidak mau merasa utang budi),” ungkap Julaikhah.
Tumilasning menerima bantuan dari Dhamroni Chudlori yang mengunjunginya. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.com)
Dia kemudian meminta Tumilasning mengucapkan terima kasih kepada Dhamroni. Karena anggota DPRD Sidoarjo itu mau datang ke rumahnya dan membantu. Permintaan itu pun dituruti Tumilasning. Dia bilang, ”Maturnuwun,” sambil menyalami tangan Dhamroni.
Dhamroni Chudlori mengatakan, dirinya kaget. Ternyata masih ada warga yang menempati rumah tidak layak huni (RTLH) dengan kondisi seperti itu. Jauh lebih tidak layak daripada beberapa rumah lain yang sudah dapat bantuan dari Pemkab Sidoarjo dan Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) Sidoarjo.
Dhamroni Chudlori menyatakan dirinya sudah mengontak Baznas Sidoarjo untuk mendata rumah Tumilasning agar segera memperoleh bantuan rehab rumah. Baznas berjanji cepat datang mengecek langsung kondisi rumah Tumilasning.
”Insya Allah cepat prosesnya. Saya akan bantu kawal sampai selesai,” ungkap legislator asal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut.
Tulasminingsih tertawa saat Dhamroni Chudlori berpamitan untuk ke kantor DPRD Sidoarjo. (Foto: Ketik.com)
Dhamroni juga berharap, kader kesehatan, tenaga kesejahteraan sosial, perangkat desa, bahkan pegawai kecamatan segera memberi tahu dirinya jika masih menemukan warga yang miskin seperti Tumilasning. Jangan sampai terselip. Tidak ketahuan.
”Ini soal kemanusiaan. Tugas kita semua,” tegas Dhamroni Chudlori. (*)