KETIK, SURABAYA – Memasuki masa libur panjang Natal dan Tahun Baru (Nataru), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan, terutama saat melakukan perjalanan atau berwisata di kawasan berbasis air dan pantai.
Cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi diprediksi bertahan hingga Februari 2026, sehingga masyarakat diminta mewaspadai bencana hidrometeorologi serta gelombang laut besar.
Khofifah meminta masyarakat tetap waspada karena puncak hujan menurut BMKG Juanda baru mencapai 20 persen di Desember, sementara Januari diprediksi mencapai 58 persen dan Februari 22 persen. Meski Pemprov Jatim telah melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) di berbagai titik sejak awal Desember, ia menekankan agar kewaspadaan tidak mengendur hingga Februari mendatang.
“Artinya bahwa kewaspadaan untuk bulan Januari, bulan Februari jangan turun, jangan kendor,” katanya di Surabaya, Selasa, 30 Desember 2025.
Khofifah menjelaskan, modifikasi cuaca yang dilakukan oleh Pemprov Jatim dikelola dengan cara menyongsong pergerakan awan. Jika awan berada di atas laut, maka dilakukan penaburan garam, sementara jika awan sudah memasuki wilayah daratan akan ditabur kapur. Upaya tersebut dilakukan dengan tetap mengutamakan aspek keselamatan masyarakat.
“Kalau modifikasi cuaca hujan teknologinya sudah ada, tapi untuk modifikasi angin sampai saat ini belum ditemukan,” ungkapnya.
“Oleh karena itu tetap waspada dan identifikasi tempat-tempat yang membahayakan seperti pohon besar saat hujan angin karena Januari mendatang bisa tiga kali lipat dibanding Desember ini,” beber mantan Mensos RI ini.
Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya pengelola destinasi wisata air dan pantai, untuk terus meningkatkan kewaspadaan selama libur Nataru dengan rutin memantau informasi dari BMKG dan PVMBG. Selain itu, melakukan langkah identifikasi dan mitigasi risiko demi menjaga keselamatan pengunjung.
“Semua musibah dan bencana yang pernah terjadi, kita berharap bahwa itu sudah sebagai pengalaman dan pembelajaran kita semua semoga tidak terjadi lagi di Jawa Timur,” harap Khofifah.
Selain itu, Khofifah menyatakan telah bersepakat dengan para kepala daerah di Jawa Timur untuk meniadakan perayaan malam tahun baru yang bersifat euforia, termasuk pesta kembang api.
“Mudah-mudahan, seluruh elemen masyarakat juga ikut memberseiringi proses tersebut,” pungkasnya. (*)
