KETIK, BREBES – Pemerintah Desa Bangsri, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, akhirnya memberikan klarifikasi terkait viralnya pemberitaan tentang rumah reyot milik Tarwadi, warga Dukuh Banjarmelati RT 05 RW 08, yang disebut tak tersentuh bantuan pemerintah.
Kepala Desa Bangsri, Mukson, menegaskan bahwa rumah warga tersebut sudah beberapa kali menerima bantuan sosial dari pemerintah. Namun, untuk program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) masih dalam tahap pengajuan.
“Warga kami ini sudah sering mendapat bantuan sosial, seperti PKH, PBI, dan lainnya. Hanya untuk program RTLH memang masih proses pengajuan,” ujar Mukson saat mendampingi Camat Bulakamba meninjau rumah tersebut, Minggu, 19 Oktober 2025.
Mukson juga menyayangkan informasi sebelumnya yang menarasikan seolah rumah milik warganya tak mendapat perhatian pemerintah.
Ia menambahkan, masih ada sekitar 20 rumah di Desa Bangsri yang memerlukan bantuan serupa.
Senada dengan Mukson, Poly, tokoh masyarakat setempat, mengungkapkan bahwa keluarga Tarwadi rutin menerima bantuan sosial sebesar Rp600 ribu setiap tiga bulan, atau sekitar Rp200 ribu per bulan.
“Atas nama pemilik rumah ini sudah mendapat bantuan tiap bulan, disalurkan per tiga bulan sekali melalui program bantuan sosial,” jelas Poly.
Sementara itu, Camat Bulakamba Wawan Setyawan menegaskan bahwa rumah Tarwadi akan menjadi prioritas bantuan.
Ia menyebutkan pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah desa dan dinas terkait untuk mempercepat realisasi bantuan.
“Kami upayakan agar bantuan segera diberikan, baik dari pemerintah pusat, daerah, maupun desa. Yang bersangkutan juga sudah terdaftar sebagai penerima bantuan BPNT dan program sosial lainnya. Untuk RTLH akan kami usahakan secepatnya,” kata Wawan.
Ia menambahkan, proses bantuan tidak bisa dilakukan sekaligus dalam satu tahun.
“Kemungkinan tahun ini akan ada bantuan dari pemerintah desa, dan tahun depan dari pemerintah kabupaten,” lanjutnya.
Sebelumnya, rumah milik Tarwadi viral di media sosial lantaran kondisinya yang memprihatinkan.
Bangunan berukuran sekitar 6x6 meter itu tampak reyot dengan atap genteng bocor, dinding bambu lapuk, serta tembok yang mengelupas. Dapur rumah juga bolong dan listrik masih menumpang dari tetangga.
Meski sebagian lantai rumah sudah berkeramik, diketahui keramik tersebut merupakan bekas dari sekolah terdekat. Bahkan, rumah tersebut kerap kebanjiran setiap turun hujan karena posisi lantai yang lebih rendah dari jalan.
“Tiap hujan air masuk dari depan dan belakang, bisa sampai setinggi lutut orang dewasa,” ungkap Sri Astuti, istri Tarwadi.
Pemerintah berharap klarifikasi ini dapat meluruskan informasi yang beredar dan menegaskan komitmen mereka untuk terus memperhatikan kondisi warga yang membutuhkan.(*)