KETIK, YOGYAKARTA – Pemulihan pascabencana di wilayah Sumatera menjadi perhatian utama Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui pembentukan sejumlah kelompok kerja yang berisi akademisi lintas keilmuan. Fokus pemulihan mencakup rehabilitasi hunian, layanan kesehatan fisik dan mental, serta penguatan akses pendidikan bagi masyarakat terdampak.
Kelompok Kerja 5 misalnya, menyiapkan konsep hunian sementara (huntara) berbasis keluarga untuk mendukung masa transisi penyintas. Hunian dirancang sederhana, menggunakan material lokal, dan memungkinkan dibangun secara gotong royong serta dipindahkan ketika lokasi hunian tetap telah ditetapkan.
“Hunian transisi kami rancang sederhana agar bisa dibangun penyintas sendiri dan dipindahkan saat lokasi aman telah ditetapkan,” jelas Ketua Tim, Ashar Saputra, Ph.D., dalam jumpa pers yang digelar di UGM pada Selasa, 23 Desember 2025.
Dari sisi kesehatan, Kelompok Kerja 6 telah menurunkan tim medis sejak awal Desember untuk membantu mengaktifkan kembali layanan rumah sakit dan puskesmas di wilayah terdampak. Fokus penanganan meliputi penyakit kulit, diare, serta penyediaan air bersih akibat persoalan sanitasi pascabencana.
“Kami menurunkan tim lengkap dan mengaktifkan kembali layanan kesehatan agar kebutuhan dasar masyarakat segera terpenuhi,” tutur Ketua Tim Medis, Dr. dr. Sudadi.
Selain kesehatan fisik, dukungan kesehatan mental dan psikososial juga menjadi prioritas. Pendekatan Mental Health and Psychosocial Support (MHPSS) dilakukan melalui pelatihan relawan dan koordinasi lintas organisasi.
“Kesehatan mental harus ditangani secara terintegrasi agar pemulihan sosial dan ekonomi dapat berjalan seiring,” tegas Ketua Tim Psikososial, Diana Setiyawati, Ph.D., Psikolog.
UGM juga membuka peluang afirmasi pendidikan bagi calon mahasiswa dari keluarga terdampak bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Rektor UGM Ova Emilia menyebut skema tersebut masih dalam tahap perancangan.
“Kami menyiapkan rancangan afirmasi pendidikan yang disesuaikan kebutuhan pemerintah daerah, melibatkan jejaring universitas, serta membuka ruang dukungan pendanaan agar generasi muda di wilayah terdampak dapat bangkit dan berdaya,” pungkas Ova. (*)
