Tim Pengabdi Unira Dorong Digitalisasi Budaya Kerapan Sapi Tangghe, Upaya Pelestarian Melalui Platform Open Access

15 Desember 2025 21:06 15 Des 2025 21:06

Thumbnail Tim Pengabdi Unira Dorong Digitalisasi Budaya Kerapan Sapi Tangghe, Upaya Pelestarian Melalui Platform Open Access
Tim pengabdi dari Prodi Peternakan Fakultas Pertanian Unira saat memberikan pelatihan kepada masyarakat Desa Langsar, Kabupaten Sumenep (Foto: Dok. FP Unira)

KETIK, PAMEKASAN – Tim pengabdi Program Pendidikan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Madura (Unira) memberikan pelatihan digitalisasi arsip budaya Karapan Sapi Tangghe di Desa Langsar, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep.

Tim yang diketuai Dr. Moh. Zali tersebut memberikan pelatihan sederhana penggunaan media digital dan pembuatan konten budaya berbasis digital. Selain itu, mereka juga melakukan observasi lapangan dan wawancara tokoh budaya.

Dalam pelatihan ini, ada sejumlah platform media sosial yang digunakan, seperti Instagram dan YouTube. Selain itu, mereka juga menggunakan website atau blog berbasis open access, serta arsip digital sederhana yang dapat dikelola oleh masyarakat desa.

Kegiatan yang berlangsung pada 7 Desember 2025 ini melibatkan dua dosen Prodi Peternakan Fakultas Pertanian Unira, yakni Ir. A. Yudi Heryadi, dan Marsum M. PdI serta dua mahasiswa Amri dan Gufron.

Kegiatan tersebut terselenggara berkat Hibah Internal Pengabdian kepada masyarakat pendanaan tahun 2025 yang melibatkan pemerintahan desa dan komunitas kerapan sapi di Desa Langsar.

Menurut Ketua Tim Pengabdi, Moh. Zali, kegiatan ini dilatarbelakangi oleh semakin berkurangnya dokumentasi tertulis dan digital mengenai budaya Karapan Sapi Tangghe, khususnya di tingkat desa.

"Di tengah arus modernisasi dan pergeseran minat generasi muda, budaya lokal berisiko mengalami degradasi nilai dan bahkan kepunahan jika tidak dilakukan upaya pelestarian yang adaptif,” katanya, Senin, 15 Desember 2025.

“Oleh karena itu, digitalisasi dipandang sebagai langkah strategis untuk menjaga keberlanjutan budaya tersebut,” tegasnya.

Dikatakan Moh. Zali, Karapan Sapi Tangghe dipilih karena merupakan warisan budaya khas Madura yang memiliki nilai historis, sosial, dan ekonomi yang tinggi. Selain itu, karapan sapi jug merupakan identitas budaya yang membedakan Madura dari daerah lain

“Sayangnya, tradisi ini belum terdokumentasi secara sistematis, sehingga perlu mendapat perhatian khusus,” tegas Moh. Zali.

Lebih lanjut, menurut Moh. Zali, Desa Langsar dipilih karena masih aktif melestarikan tradisi Kerapan Sapi Tangghe. Selain itu, terdapat komunitas peternak dan pelaku budaya yang masih menjaga nilai-nilai tradisional, sehingga sangat relevan sebagai lokasi pengabdian.

“Budaya Kerapan Sapi Tangghe adalah warisan leluhur yang harus dijaga bersama,” lanjut Moh. Zali.

“Generasi muda diharapkan tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku dan penjaga budaya dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana pelestarian, bukan sebagai ancaman terhadap nilai tradisi,” tandasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Universitas Madura Pamekasan universitas Madura Universitas Madura Pamekasan Karapan Sapi Karapan Sapi Tangghe