KETIK, SURABAYA – Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur kembali berhasil mengidentifikasi dua jenazah korban insiden ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Dengan tambahan ini, total 53 korban dari 67 kantong jenazah yang telah diterima berhasil teridentifikasi.
Kabid Dokkes Polda Jatim, Kombes Pol M Khusnan Marzuki, dalam keterangan resminya menjelaskan, dua korban terbaru yang teridentifikasi masing-masing bernama Ahmad Haikal Fadil Al Fatih dan Syamsul Arifin.
"Jenazah pertama, dengan nomor postmortem RSB B025, teridentifikasi melalui uji DNA dan pemeriksaan medis. Hasilnya cocok dengan data antemortem nomor 003 atas nama Ahmad Haikal Fadil Al Fatih, laki-laki berusia 12 tahun, warga Dusun Timur Leke, Desa Sendang Dajah, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan," kata Khusnan di Surabaya, Minggu, 12 Oktober 2025.
Sementara itu, jenazah kedua dengan nomor postmortem RSB B047 teridentifikasi melalui kombinasi data DNA, medis, serta properti pribadi yang ditemukan di lokasi. Hasilnya cocok dengan nomor antemortem 059 atas nama Syamsul Arifin, laki-laki berusia 18 tahun, warga Dusun Badang, Desa Telaga, Kecamatan Galis, Bangkalan, Jawa Timur.
"Dengan dua identifikasi terbaru ini, total sudah 53 korban berhasil dikenali dari 67 kantong jenazah yang kami terima," ujarnya.
Meski demikian, Khusnan menyebut masih ada 11 kantong jenazah yang belum dapat teridentifikasi karena sebagian berisi body part atau bagian tubuh yang tidak utuh.
“Dari 67 kantong jenazah, masih tersisa 11 yang belum bisa kami pastikan identitasnya. Di antara kantong tersebut ada yang berisi body part, tetapi jumlah pastinya masih menunggu hasil pemeriksaan DNA dari Jakarta,” ujarnya.
Ia menambahkan, seluruh sampel DNA dari jenazah maupun keluarga korban telah dikirim ke Pusdokkes Mabes Polri untuk dilakukan pencocokan lebih lanjut. Selain itu, tim juga melakukan rekonsiliasi antropologis dan toksikologis sebagai bagian dari proses identifikasi.
Dokter dari tim DVI Polda Jatim yang turut mendampingi menjelaskan, tantangan utama dalam proses identifikasi saat ini adalah kondisi body part yang tidak lengkap dan tidak memiliki tanda-tanda khusus.
“Kesulitannya adalah body part yang ditemukan tidak lengkap dan tidak memiliki ciri khas yang bisa membantu proses identifikasi. Jadi, kami sepenuhnya bergantung pada hasil uji DNA,” ujarnya.
Menurutnya, proses ini membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan tahap-tahap awal karena kondisi jaringan yang sudah mengalami perubahan alami.
“Berbeda dengan hari-hari pertama pascakejadian, kini proses alam pada jenazah membuat pemeriksaan DNA sedikit lebih lama. Namun, kami berharap hasilnya segera keluar sehingga keluarga bisa mengetahui identitas anggota keluarganya,” tutur Khusnan.
Ia menegaskan, tim DVI Polda Jatim bersama Mabes Polri terus bekerja secara maksimal untuk mempercepat proses identifikasi agar seluruh korban dapat diketahui identitasnya dengan pasti. "Mohon doanya untuk proses identifikasi ini," jelasnya. (*)