KETIK, SLEMAN – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman mencatat lonjakan signifikan kasus penyakit mirip flu atau Influenza Like Illness (ILI) dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Kenaikan kasus ini bahkan jauh melampaui jumlah temuan Covid-19. Dinkes menduga, perubahan cuaca dan faktor lingkungan menjelang akhir tahun menjadi pemicu utama peningkatan kasus tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Cahya Purnama, menyebut kasus penyakit mirip flu (ILI) dan ISPA terus menunjukkan peningkatan tajam. Berdasarkan data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) per 23 Oktober 2025, lonjakan kasus mulai terlihat sejak minggu ke-21 hingga minggu ke-31 tahun 2025.
"Meskipun data konfirmasi Covid-19 cenderung bervariasi dengan rata-rata 0-2 kasus per minggu, peningkatan tajam pada ILI dan ISPA ini perlu menjadi perhatian serius," ujar Cahya Purnama dalam keterangannya, Selasa, 28 Oktober 2025.
Menurut Cahya, peningkatan kasus ILI dan ISPA bisa menjadi tanda awal naiknya angka penyakit pernapasan secara umum. Berdasarkan analisis data, tren kasus ILI mulai melonjak sejak minggu ke-31 tahun ini, bahkan puncaknya tercatat lebih tinggi dibandingkan periode 2022–2025.
Hingga 23 Oktober 2025, tercatat ribuan kasus ILI dan puluhan ribu kasus ISPA di Sleman — angka yang jauh melampaui kasus konfirmasi Covid-19 pada periode yang sama.
Imbauan PHBS dan Tindak Lanjut
Cahya Purnama menegaskan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) jadi benteng utama mencegah lonjakan penyakit pernapasan. Ia mengimbau masyarakat untuk kembali disiplin menerapkan PHBS, mulai dari mencuci tangan, memakai masker saat sakit atau di tempat ramai, menjaga sirkulasi udara di rumah, hingga segera berobat bila muncul gejala gangguan pernapasan.
Sebagai langkah cepat, Dinkes Sleman juga telah mengeluarkan lima instruksi utama ke seluruh fasilitas kesehatan (Fasyankes). Di antaranya, peningkatan pemeriksaan (angka testing) dan penguatan sensitivitas penemuan kasus; identifikasi potensi klaster penularan di masyarakat; dukungan pemeriksaan Laboratorium untuk panel respiratori; penguatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) mengenai PHBS dan perilaku pencegahan. Serta peningkatan peran Puskesmas dalam memantau kasus di rumah sakit dan SARs (Sekolah, Asrama, Rutan, dan tempat lain yang padat).
"Menjelang akhir tahun, dengan potensi musim hujan dan peningkatan mobilitas, potensi penularan penyakit pernapasan akan semakin tinggi. Kewaspadaan kolektif dan disiplin pribadi adalah kunci untuk memutus rantai penularan di tengah perubahan cuaca yang ekstrem ini," tutup Cahya Purnama.
Ia tekankan seluruh Fasyankes pelapor juga diminta untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan kualitas pelaporan. (*)
