KETIK, PACITAN – Cuaca yang tak menentu serta perubahan suhu panas selama musim pancaroba akhir-akhir ini berpotensi meningkatkan kasus penyakit di Kabupaten Pacitan.
Kondisi tersebut dapat memicu penyebaran penyakit, terutama pada masyarakat dengan daya tahan tubuh rendah.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Pacitan, Nur Farida, memaparkan bahwa ada sejumlah penyakit yang kerap muncul saat musim pancaroba.
Di antaranya flu, demam berdarah dengue (DBD), serta infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) seperti bronkitis, pilek, influenza, dan batuk.
"Umumnya ditandai dengan gejala demam, nyeri tenggorokan, gangguan penciuman, hingga sesak napas,"ungkapnya, Rabu, 22 Oktober 2025.
Farida menyebut, kasus DBD juga berpotensi meningkat dalam momen ini.
Hal itu seiring bertambahnya populasi nyamuk akibat genangan air dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan gerakan 3M Plus (menguras, menutup, mengubur, dan mencegah gigitan nyamuk).
Sementara, untuk fenomena suhu panas, dampaknya diklaim bisa cukup luas terhadap kesehatan masyarakat.
Mulai dari dehidrasi dan heatstroke akibat paparan suhu tinggi terlalu lama, penurunan produktivitas kerja bagi pekerja luar ruangan, hingga meningkatnya risiko penyakit pernafasan.
Ia menambahkan, penurunan kelembapan udara dan fluktuasi suhu juga dapat mengganggu pasokan air.
"Situasi ini berpotensi memperburuk kondisi kesehatan masyarakat, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia,” ujarnya
Agar tetap sehat, imbuhnya, di masa pancaroba saat ini, masyarakat diimbau menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Diantaranya, beristirahat cukup, mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, serta memenuhi kebutuhan vitamin C.
“Jangan lupa selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer. Jika mengalami gejala seperti demam, batuk, atau sesak napas, segera periksa ke fasilitas kesehatan agar bisa ditangani sedini mungkin,” tutupnya.(*)