Selamat Hari Batik Nasional! Yuk, Eksplor Sejarah Kampoeng Batik Jetis di Sidoarjo

2 Oktober 2025 08:03 2 Okt 2025 08:03

Thumbnail Selamat Hari Batik Nasional! Yuk, Eksplor Sejarah Kampoeng Batik Jetis di Sidoarjo
Gapura depan Kampoeng Batik Jetis, Sidoarjo. (Foto: M. Fauzan Nasrullah/Ketik)

KETIK, SURABAYA – Masyarakat Indonesia pasti sudah familiar bahwa 2 Oktober ditandai sebagai Hari Batik Nasional, hari dimana hampir seluruh masyarakat Indonesia akan menggunakan batik untuk beraktivitas.

Kegiatan memakai batik dalam hari batik ini biasanya digaungkan oleh institusi pendidikan dan juga instansi-instansi yang turut merayakan hari batik, agar batik tetap terus terlestarikan sebagai warisan budaya Indonesia.

Namun sobat Ketikers, tahu nggak? Bahwa di Sidoarjo sendiri ada sebuah kampung yang masih aktif dalam melestarikan keberadaan batik di tengah era modern lho!

Kampung itu sudah tidak asing lagi di telinga para warga Jawa Timur, terutama Sidoarjo, yakni Kampoeng Batik Jetis. 

Kampoeng Batik Jetis terletak di Jalan Diponegoro, tepatnya di Kelurahan Lemahputro, Kecamatan Sidoarjo. Letak kampungnya strategis, berada di tengah kota sekaligus pusat perbelanjaan.

Kampung ini sudah ada semenjak 1675 dan masih tetap eksis hingga sekarang, terhitung sudah 350 tahun Kampoeng Batik Jetis berdiri sebagai ikon batik di Sidoarjo.

Dilansir dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur (https://sidita.disbudpar.jatimprov.go.id), sejarah Kampoeng Batik Jetis ini dimulai saat Mbah Mulyadi, seorang keturunan Raja Kediri, kabur membawa batik tulis ke daerah Sidoarjo saat sedang dikejar oleh Belanda.

Foto Mural 'I love Jetis' pada dinding rumah warga di Kampoeng Batik Jetis, Sidoarjo (Foto: Athaya Khaisyah Azira/Ketik)Mural 'I love Jetis' pada dinding rumah warga di Kampoeng Batik Jetis, Sidoarjo (Foto: Athaya Khaisyah Azira/Ketik)

Seiring berjalannya waktu, Mbah Mulyadi mulai menyebarkan pengaruh batik pada para warga di wilayah Jetis. 

Menurut penuturan H. Ischak, seorang pengusaha batik ‘Batik HI’ di Kampoeng Batik Jetis, pada tahun 1920-an muncul tokoh batik terkenal seperti Mbah Qohar dan Mbah Chabib, yang membuat batik produksi Jetis semakin terkenal pada saat itu.

Hingga akhirnya pada tahun 2008, bupati Sidoarjo saat itu, Win Hendarso, meresmikan Kampung Jetis menjadi Kampoeng Batik Jetis dan salah satu sektor wisata di Sidoarjo.

Hal tersebut membuat Kampoeng Batik Jetis semakin booming dan banjir pelanggan, bahkan para pembatik di Jetis juga sering melakukan pameran di berbagai kota.

Namun ternyata, hal tersebut tidak berlangsung lama, karena saat ini minat masyarakat terhadap batik terutama batik tulis menurun drastis. 

“Dulu banyak pembatik, sekarang pembatik sukar. Padahal sudah (ada) pelajaran (tentang batik), sudah training, tapi sesudah itu tidak ada yang melanjutkan, sukar,” ujar H. Ischak, Rabu (01/10/2025).

Selain minat dan daya beli masyarakat yang menurun, kurangnya penerus sebagai pembatik juga menjadi tantangan besar dalam pelestarian batik di era modern.

H. Ischak juga menjelaskan, bahwa sekitar tahun 2008, di Kampoeng Batik Jetis sendiri ada sekitar 20-an orang yang menjadi anggota di kelompok pembatik, namun seiring berjalannya waktu anggotanya berkurang menjadi 7 orang, dan kini hanya sekitar 5 orang yang masih aktif membatik.

Meskipun begitu, Kampoeng Batik Jetis masih tetap berdiri kokoh sebagai ikon batik di Sidoarjo! Di kampung ini banyak sekali toko-toko yang menjajakan batik dengan beragam motif, ada pula workshop batik yang menerima pengunjung dari luar kota maupun negeri.

Uniknya, di beberapa sudut terdapat spot foto dengan mural batik di dinding rumah warga, terlebih di kampung tersebut juga masih banyak rumah-rumah bergaya kuno membuat kampung ini memiliki nilai sejarah yang kuat.

Kampoeng Batik Jetis juga memiliki beberapa batik tulis khas, lho! Salah satu yang paling populer yakni motif ‘Beras Utah’, motif ini memiliki titik-titik kecil di kainnya yang menggambarkan ‘beras tumpah’. 

H. Ischak memaparkan bahwa salah satu yang populer di Kampoeng Batik Jetis adalah batik Madura yang didominasi dengan warna merah. 

“Kalau batik Sidoarjo, batik Jawa Timur, itu kebanyakan kemerah-merahan.” ujarnya.

Kegigihan dan ketelatenan Kampoeng Batik Jetis dalam melestarikan batik tulis patut menjadi perhatian masyarakat Indonesia, terutama pada momen penting seperti Hari Batik Nasional. 

Harapannya, momentum Hari Batik Nasional tak sekadar menjadi perayaan seremonial, tetapi juga wadah bagi masyarakat untuk terus berkontribusi dalam melestarikan batik di Indonesia. (*)

Tombol Google News

Tags:

kampung batik kampoeng batik jetis Batik Hari Batik Nasional budaya sidoarjo