Sakral! Mahasiswa KKN Unesa Jalani Tradisi 'Masoen' di Desa Adat Ngadas

16 September 2025 18:21 16 Sep 2025 18:21

Thumbnail Sakral! Mahasiswa KKN Unesa Jalani Tradisi 'Masoen' di Desa Adat Ngadas
Kepala Desa Adat Ngadas (kiri) dan Romo Dukun (kanan) dalam tradisi masoen pada Senin, 15 September 2025. (Foto: Giffari/Ketik)

KETIK, MALANG – Desa Adat Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang kembali menggelar tradisi sakral masoen untuk menyambut kedatangan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Upacara adat ini digelar pada Senin, 15 September 2025, pukul 17.00 WIB, menjadi penanda resmi dimulainya pengabdian mahasiswa di desa yang berada di ketinggian 2.100 mdpl tersebut.

Prosesi diawali dengan pembukaan serta perkenalan mahasiswa KKN. Selanjutnya, Romo Dukun Desa Adat Ngadas memimpin ritual dengan membakar kemenyan, memercikkan air, serta melantunkan mantra khusus pada sesaji berupa pisang ayu dan tumpeng.

Romo dukun berperan sebagai pemimpin upacara adat dan penjaga warisan spiritual masyarakat Tengger. Romo dukun dipercaya mampu berkomunikasi dengan leluhur dan kekuatan gaib yang diyakini menjaga desa.

Foto Sesi Foto Bersama Mahasiswa KKNT Universitas Negeri Surabaya dengan Masyarakat Desa Adat Ngadas. (Foto: Giffari/Ketik)Sesi Foto Bersama Mahasiswa KKNT Universitas Negeri Surabaya dengan Masyarakat Desa Adat Ngadas. (Foto: Giffari/Ketik) 

Kepala Desa Adat Ngadas, Mujianto, menjelaskan bahwa tradisi ini sudah turun-temurun dilakukan setiap kali ada pendatang yang tinggal lebih dari dua bulan di desa.

Bagi masyarakat Tengger, tradisi masoen dipercaya sebagai bentuk perkenalan mahasiswa kepada “pemilik” ghaib desa, sehingga mereka dapat menjalankan aktivitas dengan lancar.

“Hong Ulun Basuki Langgeng," ucapnya.

Kepala Desa Adat Ngadas, menjelaskan bahwa selain tradisi masoen, masyarakat Tengger juga memiliki salam khas. Salam ini mengandung doa agar setiap orang senantiasa diberi keselamatan dan kebahagiaan abadi.

Ketua KKNT Unesa, Gregorius Set Tandi, menilai prosesi tersebut sangat unik. Menurutnya, hanya Desa Ngadas yang masih menjaga ritual penyambutan khusus bagi para pendatang.

“Tradisinya menarik, ini jadi pengalaman baru bagi kami. Selain itu, masyarakatnya juga sangat toleran karena agamanya beragam ada Islam, Hindu, dan Budha Jawa," ungkapnya.

Selain dikenal sebagai desa adat yang kental menjaga budaya Tengger, Ngadas juga merupakan desa tertinggi di Jawa Timur. Sebagian besar warganya berprofesi sebagai petani dengan hasil utama kentang.

Keberadaan mahasiswa KKN diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata dalam pemberdayaan masyarakat, sekaligus menjadi ajang pembelajaran hidup bersama masyarakat adat yang menjunjung tinggi harmoni.(*)

Tombol Google News

Tags:

Desa Ngadas Suku Tengger KKNT UNESA Universitas Negeri Surabaya desa adat ngadas Ngadas Tengger masoen Unesa