KETIK, SURABAYA – Di tengah riuh demonstrasi yang mewarnai Indonesia baru-baru ini, lagu ‘Ibu Pertiwi’ terasa kian nyata, menggambarkan tanah air yang sedang bersusah hati.
Belakangan, lagu ini jadi sound viral di TikTok, sering dikombinasikan dengan video-video dramatis penuh vibe haru. Lagu lawas ini tiba-tiba terasa cukup relate sama situasi demo yang lagi panas apalagi lantunan melodinya terasa menyayat hati sehingga sangat cocok dengan keadaan saat ini.
‘Ibu Pertiwi’ adalah personifikasi dari Ibu Pertiwi sebagai tanah air Indonesia, penuh keindahan namun harus merasakan pedihnya melihat penderitaan yang dialami rakyatnya. Ibu Pertiwi seolah olah menangis akan deretan kejadian buruk yang menimpa anak-anaknya selama beberapa minggu terakhir.
Berikut lirik lagu ‘Ibu Pertiwi’
Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Mas intannya terkenang
Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa
Kulihat ibu pertiwi
Kami datang berbakti
Lihatlah putra-putrimu
Menggembirakan ibu
Ibu kami tetap cinta
Putramu yang setia
Menjaga harta pusaka
Untuk nusa dan bangsa
Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Mas intannya terkenang
Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa
Menjaga harta pusaka
Untuk nusa dan bangsa
Namun, lagu ini menuai perdebatan terkait siapa pencipta aslinya. Beberapa sumber menyebutkan jika sang pencipta adalah Kamsidi Husein, seorang komposer asal Solo yang menciptakan lagu ini pada tahun 1908. Adapun sumber lain mengatakan lagu ini diciptakan oleh komposer populer Indonesia Ismail Marzuki.
Sebuah akun X @KatolikG menyebut jika lagu ‘Ibu Pertiwi’ sebenarnya menjiplak lagu rohani Kristen berjudul ‘What a Friend We Have in Jesus’ atau ‘Yesus Sobat yang Sejati,’
"Banyak orang mengira lagu "kulihat ibu pertiwi" adalah lagu nasional asli Indonesia. Padahal itu lagu jiplakan. Lagu aslinya adalah "What a friend we have in Jesus" lirik berupa puisi ditulis oleh Joseph M. Scriven th 1855," cuitnya pada 30 Oktober 2019.
Lagu tersebut diciptakan pada tahun 1855 oleh Joseph Medlicott Scriven, seorang pendeta asal Irlandia. Lagu ini memiliki esensi sebagai penghiburan atas penderitaan yang dialami oleh sang pencipta lagu. (*)