Pola Hidup Tidak Sehat, Banyak Remaja Terancam Bahaya Penyakit GERD

5 Agustus 2025 16:01 5 Agt 2025 16:01

Thumbnail Pola Hidup Tidak Sehat, Banyak Remaja Terancam Bahaya Penyakit GERD
Mahasiswa Kedokteran Unusa memberikan edukasi soal bahaya penyakit GERD yang bisa mengancam kesehatan remaja, Selasa, 5 Agustus 2025. (Foto: Khaesar/Ketik)

KETIK, SURABAYA – Banyak masyarakat beraktifitas serta pola hidup yang kurang sehat sehingga memicu terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Hal ini membuat dr. Faizal Armando, Sp.PD, dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menilai banyak remaja terlebih Santri di Jawa Timur mengalami penyakit GERD.

“Gaya hidup di lingkungan pondok pesantren sering kali ditandai dengan jadwal yang padat, pola makan tidak teratur, konsumsi makanan pedas dan instan, serta minimnya aktivitas fisik. Hal-hal ini menjadi faktor utama yang memicu GERD,” ungkap dr. Faizal di sela kegiatan di Pondok Pesantren Hidayatullah Al-Muhajirin, Bangkalan, Madura, Selasa, 5 Agustus 2025.

Pria yang juga dokter spesialis penyakit dalam FK Unusa menilai banyak santri kerap mengeluhkan gejala seperti nyeri ulu hati, mual, kembung, hingga sensasi panas di dada. "Ini merupakan tanda naiknya asam lambung yang menjadi ciri khas dari GERD. Jika dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini bisa mengganggu aktivitas belajar, ibadah, dan kualitas hidup santri secara umum," jelasnya.

Sebagai langkah antisipatif, FK Unusa mengedukasi para santri dengan tema mengatasi GERD pada santri dengan perbaikan pola makan dan peningkatan kesadaran aktivitas fisik. Kegiatan dimulai dengan penyebaran pre-test kepada para santri husada untuk mengukur tingkat pemahaman awal mereka terkait penyakit GERD.

Selanjutnya, dilakukan sesi edukasi interaktif yang membahas secara komprehensif mengenai pengertian GERD, gejala-gejalanya, faktor pemicunya, serta langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan dalam keseharian. Edukasi disampaikan dengan pendekatan yang mudah dipahami oleh remaja, sehingga santri bisa langsung mengaitkannya dengan rutinitas di pesantren.

“Pola makan yang tidak terjadwal, konsumsi makanan berlemak dan pedas secara berlebihan, serta tekanan psikologis karena padatnya aktivitas belajar merupakan kombinasi yang meningkatkan risiko GERD. Karenanya, edukasi ini sangat penting,” tegas pria yang merupakan dokter spesialis penyakit dalam.

Para santri terlihat antusias mengikuti kegiatan ini. Tak hanya menyimak materi, mereka juga aktif bertanya dan berbagi pengalaman terkait keluhan pencernaan yang sering mereka alami. Pada akhir sesi, diberikan post-test untuk mengukur peningkatan pemahaman setelah mendapat edukasi.

Selain edukasi, tim FK Unusa juga mengadakan pemeriksaan kesehatan umum sebagai bentuk deteksi dini terhadap potensi masalah kesehatan. Pemeriksaan meliputi pengukuran tekanan darah, berat dan tinggi badan, serta konsultasi medis terkait keluhan yang dirasakan. Langkah ini dinilai penting untuk membangun kesadaran santri akan pentingnya menjaga kesehatan sejak dini.

“Kami berharap para santri tak hanya menjaga diri sendiri, tetapi juga menjadi agen kesehatan di lingkungan pondok, saling mengingatkan dan menjaga agar tetap sehat,” tambah dr. Faizal.

Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen FK Unusa dalam membentuk generasi muda, khususnya para santri, yang sehat secara fisik dan mental. Dengan bekal pengetahuan serta kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat, diharapkan para santri dapat menjalani kegiatan pesantren secara lebih nyaman, produktif, dan berkelanjutan. (*)

Tombol Google News

Tags:

FK Unusa Kedokteran Unusa Bahaya GERD Gerd Pengamas Unusa Unusa NU