KETIK, BATU – Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) 2025 menghadirkan agenda City Agro Kreatif Tour yang membawa para peserta menyelami denyut kreativitas warga Kota Batu.
Tur yang digelar Jumat, 7 November 2025 itu diikuti ratusan pelaku ekonomi kreatif dari berbagai daerah yang tergabung dalam jaringan Indonesia Creative Cities Network (ICCN).
Ketua Umum ICCN, Tubagus Fiki C. Satari, menegaskan bahwa City Agro Kreatif Tour adalah cara bagi sebuah kota untuk menunjukkan identitas kreatifnya secara langsung, lewat para pelaku dan ruang hidup yang mereka bangun.
“ICCF ini adalah festival yang merayakan daya hidup komunitas. Sejak 2022 kami membawa gagasan Community Power, bahwa komunitas adalah penggerak utama," katanya.
Tubagus menjelaskan, rombongan pertama kali diajak ke kawasan petik apel yang dikelola koperasi lokal. Di sana, peserta bukan hanya menikmati pengalaman memetik buah langsung dari kebunnya, tetapi juga belajar bagaimana koperasi menjaga keberlanjutan ekonomi para petani.
"Mereka datang sebagai representasi komunitas, penggerak UMKM, pegiat budaya, kreator kuliner, hingga pemimpin ekosistem ekonomi kreatif di daerahnya masing-masing," terangnya.
Perjalanan berlanjut ke industri sari apel dan sentra keripik tempe, tempat para peserta bisa melihat langsung bagaimana hasil bumi diolah menjadi produk bernilai tinggi.
Sentra tempe yang dikunjungi pun bukan sembarang kampung produksi, tetapi kawasan yang tengah diusulkan menjadi Warisan Budaya Takbenda Dunia oleh Kementerian Kebudayaan.
Setelah itu, rombongan diarahkan ke Pasar Induk Among Tani, pusat perputaran komoditas pertanian, kuliner, dan aneka produk lokal khas Kota Batu.
"Pasar ini menjadi representasi nyata bahwa gastronomi tidak hanya soal rasa, tetapi juga soal identitas, relasi sosial, dan keberlanjutan rantai pangan," jelasnya.
Tur ditutup di Prasasti Sangguran, sebuah situs sejarah yang merekam panjangnya perjalanan budaya agraris di Batu dan Malang Raya.
Prasasti ini menjadi pengingat bahwa hubungan masyarakat Batu dengan tanah, air, dan pangan bukan muncul begitu saja, melainkan warisan turun-temurun yang terus hidup sampai hari ini.
"Tahun 2024 kita berbicara kolaborasi lintas kota, dan pada 2025 ini kita melangkah pada keberlanjutan. Hari ini di Batu, kita menyaksikan bagaimana pelaku-pelaku lokal benar-benar sudah berjalan bersama,” ujar Tubagus Fiki.
