KETIK, BATU – Retrorika Kafe tidak hanya menjual tempat aesthetic dan makanan yang menggugah selera. Lebih dari itu, kafe yang berada di Bumiaji, Kota Batu, menjual misi untuk membumikan zero waste living.
Meskipun telah berdiri sejak tahun 2018, Retrorika mampu mempertahankan eksistensinya di hati pelanggan meskipun harus melawan arus industri.
Ketika banyak kafe yang sibuk mengikuti tren kekinian, Retrorika tetap menegaskan identitasnya sebagai kafe ramah lingkungan.
Ismi Wahid, Co Owner Retrorika Coffee Bar and Resto menegaskan keengganannya untuk menggunakan produk sekali pakai.
Retrorika Kafe di Kota Batu, memiliki misi zero waste living kepada customer. (Foto: Lutf/Ketik.com)
Menurutnya, sektor kuliner menjadi salah satu penyumbang residu terbesar, terutama dari kemasan sekali pakai dan sisa makanan. Sejak awal ia berkomitmen membangun Retrorika dengan prinsip keberlanjutan.
"Kami punya value bahwa tidak hanya menjual makanan dan minuman yang selalu dijaga kualitasnya. Namun juga fokus pada green business, green entrepreneur. Kami punya misi mengedukasi customer agar ramah lingkungan," ujarnya kepada ketik.com, Jumat, 12 Desember 2025.
Misi tersebut tampak sejak pertama kali menginjakkan kaki ke teras kafe. Tampak dari depan, Retrorika berhasil memadukan suasana retro dengan rindang tumbuh-tumbuhan.
"Melalui value itu, orang punya alasan kenapa mereka ingin datang dan kembali ke Retrorika. Kami ingin menumbuhkan jiwa peduli terhadap lingkungan," lanjutnya.
Konsep zero waste living juga ditunjukkan dengan nihilnya kemasan plastik maupun produk sekali pakai lainnya. Penggunaan tisu pun dipersempit hanya di area kamar mandi. Untuk area pelanggan, tisu dialihkan ke serbet yang rutin diganti dan dijamin kebersihannya.
"Customer tidak akan menemukan tisu. Memang tisu dari kayu tapo prosesnya itu tidak sepenuhnya ramah lingkungan, banyak bahan kimia. Kami masih memakai tisu, tapi tisu bambu dan hanya di toilet," ucapnya.
Beragam tanaman tak hanya dijadikan hiasan namun juga produk untuk diperjualbelikan. Desain dan pernak-pernik kafe pun diperoleh dari barang-barang bekas yang mampu disulap jadi spot-spot aesthetic. Untuk itu Retrorika Kafe tak hanya tepat dijadikan tempat berkumpul, namun juga menenangkan fikiran
Tampak berjajaran televisi, radio, mesin ketik, kaset-kaset, hingga barang bekas lainnya ditata dengan rapi yang sering kali dijadikan tempat berfoto. Juga barang bekas seperti sepatu, lampu, teko didaur ulang menjadi pot bunga.
"Kami fokus ke 5R, Reduce, Recycle, Reuse, Replant, Replace. Jadi kami berusaha menggunakan barang yang sudah tidak terpakai lagi supaya masih bisa digunakan dan tidak menimbulkan sampah lagi," tuturnya.
Ismi sendiri merupakan aktivis lingkungan yang ingin mengembangkan ekosistem bisnis hijau di Kota Batu. Melalui Retrorika, ia ingin menunjukkan bahwa berbisnis di sektor kuliner dapat beriringan dengan upaya pelestarian lingkungan.
"75 persen customer di Retrorika itu wisatawan. Untuk itu kami juga menerapkan prinsip replant dengan menjual tanaman. Kami ada nursery, ketika tanaman siap jual, kami bawa langsung ke sini," tutupnya. (*)
