Laporan Khusus Hari Anak Nasional 2025 (3)

Masyarakat Belum Rasakan Dampak Nyata dari Predikat Surabaya Kota Layak Anak

23 Juli 2025 15:02 23 Jul 2025 15:02

Thumbnail Masyarakat Belum Rasakan Dampak Nyata dari Predikat Surabaya Kota Layak Anak
Suara anak harus lebih didengar agar predikat Kota Layak Anak bukan hanya sebuag Gelar. (Foto: Husni Habib/Ketik)

KETIK, SURABAYA – Hari Anak Nasional (HAN) 2025 kembali dirayakan setiap tanggal 23 Juli. Momentum perayaan HAN ke-21 ini terasa spesial bagi Surabaya karena menyandang predikat sebagai kota layak anak.

Mendapatkan penghargaan Kota Layak Anak tentu menjadi hal yang prestisius sekaligus wajib dipertahankan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

Lantas sejauh mana konsistensi Pemkot Surabaya dalam menjaga predikat Kota Layak Anak tersebut? Menurut beberapa warga Kota Pahlawan, predikat Kota Layak Anak masih belum maksimal.

Mereka mengatakan, beberapa tempat rekreasi keluarga di Surabaya belum maksimal dalam memberikan fasilitas untuk anak-anak. Yuli Ainur, salah satu warga yang tinggal di daerah Kenjeran, menjelaskan hal tersebut.

"Memang kalau untuk playground di beberapa taman sudah ada. Meskipun ada yang lengkap dan ada yang tidak. Seperti di Taman Prestasi itu fasilitas playground-nya lengkap. Bisa memberikan edukasi untuk anak-anak," katanya.

Menurutnya, hadirnya playground di taman, bisa menjadi alternatif liburan murah sekaligus bisa melatih anak-anak, seperti keseimbangan, sentuhan, dan lain sebagainya.

"Sekarang kan banyak itu playground untuk montessori, melatih sensorik dan motoriknya. Menurut saya bagus," lanjutnya.

Hanya saja Yuli mengatakan, beberapa fasilitas layak anak pada taman-taman di Surabaya tidak seragam. Ia pernah mendapatkan pengalaman yang kurang nyaman terhadap fasilitas anak-anak. "Seperti kotor, kurang terawat," singkatnya.

Hyrnanda Puspita Sari, warga Surabaya lainnya mengatakan, lebih memilih mengajak anaknya bermain di playground dalam ruangan, seperti di mal dan lain sebagainya.

"Sekarang dalam satu mal saja, sudah ada 3 sampai 5 playground. Jadi bisa ajak anak-anak bermain," katanya.

Kurang Nursery Room

Nursery Room, merupakan sebuah ruangan khusus untuk ibu dan bayi. Ruangan ini biasanya digunakan untuk ibu menyusui bayinya dan mengganti popok.

Surabaya sebagai penyandang Kota Layak anak, di momen HAN 2025 menurut warga, Nursery Room belum merata. Menurut sejumlah warga, ruangan ini masih didominasi sektor swasta dalam hal ini mal.

"Menurutku ruangan ini sangat penting, apalagi untuk ibu seperti aku yang membutuhkan waktu menyusi ganti popok. Dengan adanya Nursery Room jadi terbantu," katanya.

Ibu dua orang anak ini melanjutkan, memang dari beberapa Nursery Room yang ia temui di mal berbeda-beda.

"Kebanyakan yang aku temukan Nursery Room ini di mal, sedangkan di tempat-tempat lain masih belum ada, belum tahu juga ada atau tidak," jelasnya.

Yuli Ainur punya pengalaman berbeda terkait Nursery Room. Menurutnya di beberapa tempat publik di Surabaya, selain mal sudah ada tempat untuk ibu menyusui. Namun, menurutnya tempat yang disediakan kurang.

"Kalau di area publik ada (Nursery Room) tapi hanya menyediakan satu, dua ruangan saja atau fasilitasnya kurang bersih dan lain-lain," ungkapnya.

Menurutnya, Nursery Room seperti ini perlu diperbanyak di Surabaya agar ibu yang hendak menyusui anaknya dan mengganti popok lebih nyaman.

Rizky Dwi Prastiwi juga mengaku sangat terbantu dengan adanya ruangan ini untuk melakukan aktivitas laktasi.

"Bagi ibu yang masih rutin pompa asi bisa menjadi tujuan utama ruangan itu dan jika bawa anak ke tempat umum, kalau ada ruang laktasi juta pasti terbantu. Mulai ganti popok, baju, atau misalnya tiba-tiba anak muntah, bisa dilakukan di sana," ungkapnya.

Menurutnya contoh yang ia sebutkan, bisa saja dilakukan di toilet. Namun, tetap saja hal tersebut tidak bisa dilakukan dengan maksimal.

"Karena kalau ke toilet umum sedikit menganggu yang lain dan juga tidak nyaman. Bisa tidak nyaman ke ibunya dan anaknya," jelasnya.

Daycare

Daycare menjadi pertimbangan orang tua untuk menitipkan anaknya selagi bekerja seharian. 
Rizky Dwi Prastiwi mengaku, kebetulan menitipkan anaknya di daycare.

Ia membeberkan, sebelum memutuskan menitipkan anaknya di sana wajib mengetahui kondisi tempat tersebut, fasilitas, hingga pengasuh anak-anak tersebut.

"Kebetulan juga daycare ini merupakan fasilitas yang diberikan oleh tempat aku bekerja. Sehingga aku tidak terlalu khawatir dan juga bisa memantau langsung," pungkasnya.

Tak hanya itu, faktor keamanan juga menjadi hal yang diperhatikan Rizky sebelum menitipkan anaknya di daycare.

"Harus ada CCTV yang orang tua bisa akses, harus aktif menanyakan kegiatan anak setiap harinya ke _babysitter_ dan anak langsung. Pastikan juga daycare terpisah antara anak yang sedang sakit," pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

HAN Hari Anak Nasional Kota Layak Anak Surabaya UNICEF