Mahasiswa Untag Surabaya Teliti Pupuk Organik dan Rumah Burung Hantu sebagai Solusi Ketahanan Pangan Berkelanjutan

26 Agustus 2025 15:44 26 Agt 2025 15:44

Thumbnail Mahasiswa Untag Surabaya Teliti Pupuk Organik dan Rumah Burung Hantu sebagai Solusi Ketahanan Pangan Berkelanjutan
Mahasiswi Program Studi Teknik Industri Untag Surabaya Yulia Rahmawati. (Foto: Shinta Miranda/Ketik)

KETIK, SURABAYA – Di tengah tantangan global terkait krisis pangan dan keterbatasan sumber daya, mahasiswa Program Studi Teknik Industri Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Yulia Rahmawati, menghadirkan gagasan segar untuk memperkuat ketahanan pangan berkelanjutan.

Dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,86, Yulia meneliti peran pupuk organik dan rumah burung hantu sebagai solusi inovatif untuk meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus menjaga ekosistem.

Dalam penelitiannya, Yulia menemukan bahwa pupuk organik mampu menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang, mengembalikan unsur hara, dan menekan biaya produksi petani.

Di sisi lain, rumah burung hantu menjadi strategi alami untuk mengendalikan populasi tikus yang kerap merusak hasil panen.

“Dengan adanya rumah burung hantu, populasi tikus di sawah bisa ditekan secara alami tanpa pestisida. Hal ini selaras dengan tujuan ketahanan pangan berkelanjutan, yaitu menjaga keberlanjutan untuk masa depan sekaligus meningkatkan hasil panen,” jelas Yulia pada Selasa 26 Agustus 2025.

Isu ketahanan pangan saat ini menjadi perhatian besar pemerintah.

Presiden Prabowo Subianto dalam berbagai kesempatan menegaskan pentingnya swasembada pangan dan keberlanjutan sektor pertanian.

Temuan Yulia selaras dengan agenda tersebut karena menawarkan model pertanian yang ramah lingkungan, hemat biaya, dan berkelanjutan.

Melalui metode SEM-PLS dan model sistem dinamis menggunakan perangkat lunak Smart-PLS serta Stella, Yulia menganalisis faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan berdasarkan teori Triple Bottom Line.

Model yang ia rancang mampu memproyeksikan kondisi ketahanan pangan di tingkat desa hingga beberapa tahun ke depan.

“Saya turun langsung ke lapangan, mewawancarai petani, hingga membuat simulasi skenario perbaikan. Harapannya, hasil penelitian ini bisa menjadi panduan praktis dalam mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan,” tambahnya.

Observasi yang dilakukan di Desa Bendosewu dan Desa Kaweron, Kabupaten Blitar, menunjukkan integrasi pupuk organik dengan pemeliharaan burung hantu berdampak ganda memperbaiki kualitas tanah sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani melalui penurunan biaya produksi.

Model ini juga dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan penggunaan pestisida kimia, sekaligus membuka peluang peningkatan profit petani di masa depan.

Karya skripsi Yulia diapresiasi sebagai salah satu penelitian mahasiswa paling relevan, karena memadukan ilmu pertanian, ekologi, dan teknologi.

Penelitian ini dinilai tidak hanya berhenti di ruang akademik, tetapi juga layak diterapkan di berbagai desa sebagai strategi nasional memperkuat ketahanan pangan.

“Harapan saya, skripsi ini bisa diimplementasikan di banyak desa. Jika petani sejahtera, maka ketahanan pangan Indonesia akan semakin kuat,” ungkap Yulia.

Yulia akan diwisuda pada 30 Agustus 2025 mendatang bersama ratusan mahasiswa Untag Surabaya lainnya. Momen ini menjadi istimewa karena skripsi yang ia hasilkan tidak hanya menjadi pencapaian akademis, melainkan juga tawaran solusi nyata bagi ketahanan pangan nasional.(*)

Tombol Google News

Tags:

Untag Surabaya Yulia Rahmawati ketahanan pangan pupuk organik Rumah Burung Hantu Pertanian Surabaya