KETIK, SURABAYA – Lama mempelajari islam selama di Indonesia, seorang atheis asal Kota Blaricum, Belanda Utara, yakni Lisa Jasmijn, bersama ayahnya Vincent, mengikrarkan syahadat masuk Islam di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS), Rabu, 20 Agustus 2025.
"Saya sudah lama mempelajari Islam bersama ayah saya ketika saya ada pertukaran pelajar di Kedokteran UGM Yogyakarta pada November 2024 maka saya sekarang berikrar karena sudah mantap," katanya.
Saat berikrar masuk Islam dengan bimbingan Ketua Badan Pelaksana Pengelola (BPP) MAS, Dr KH. M Sudjak M.Ag, ia mengaku tertarik masuk Islam karena merasa nyaman dan damai.
"Saya memilih ikrar di Masjid Al-Akbar, karena masjid ini merupakan masjid terbesar kedua di Indonesia dan selama ini menjadi ikon di Jawa, terutama di Jatim," kata Lisa Jasmijn, didampingi ayahnya.
Pada kesempatan tersebut, Sudjak menjelaskan atmosfir ketenangan atau kebenaran dalam Islam yang dirasakan oleh para mualaf itu memang ruh Islam yang sesungguhnya.
"Islam itu bermakna pasrah dan damai, sesuai artinya. Islam itu pasrah/taat pada kebenaran (hablumminallah). Islam itu damai pada sesama (hablumminannas)," katanya, didampingi Sekretaris BPP MAS, H Helmy M Noor.
Selama ini, Masjid Al-Akbar melaksanakan Ikrar Muallaf pada setiap bakda Sholat Jumat, yang hingga awal 2024 sudah tercatat ribuan orang muallaf yang berikrar.
"Selain pribumi (WNI), mualaf yang berikrar masuk Islam di Masjid Al-Akbar Surabaya juga banyak warga negara asing (WNA) dari Amerika, Australia, Kanada, Spanyol, Jepang, Korea Selatan, China, India, dan banyak lagi," kata Kepala Urusan Wisata Religi MAS, Anas Choiri.
Data dari Seksi Ibadah dan Dakwah Masjid Al Akbar Surabaya mencatat ada 2.500-an orang yang menjadi mualaf di Masjid Al Akbar Surabaya sejak 2005 hingga awal 2024, padahal Masjid Al-Akbar diresmikan tahun 2000.
"Nah, sepanjang tahun 2000 hingga 2005 itu juga sudah ada mualaf yang ikrar masuk Islam, termasuk Cristian Gonzales, yang merupakan pemain Timnas yang menjadi mualaf di Masjid Al Akbar pada 2003," kata Kasie Ibadah dan Dakwah BPP MAS, Ustadz Abdul Choliq Idris.
Ia menambahkan MAS tidak memungut biaya administrasi apapun kepada mualaf, karena Islam mengajarkan muallaf termasuk dalam 8 ashnaf (golongan yang berhak memperoleh zakat).
"Bahkan, kami juga memberikan buku bacaan untuk menambah wawasan tentang Islam dan membina para muallaf di Ruang Al-Akbar Muallaf Center tanpa biaya," kata Ustadz Abdul Choliq Idris. (*)