Laga Tiban di Bumi Penataran, Anggota DPRD Jatim Guntur Wahono: Warisan Budaya yang Tak Lekang Zaman

2 Juli 2025 13:40 2 Jul 2025 13:40

Thumbnail Laga Tiban di Bumi Penataran, Anggota DPRD Jatim Guntur Wahono: Warisan Budaya yang Tak Lekang Zaman
Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan, Guntur Wahono dalam laga tiban di Desa Bakung, Selasa 1 Juli 2025. (Foto: Favan/Ketik)

KETIK, BLITAR – Riuh sorak penonton memecah langit sore Desa Bakung, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar. Debu-debu beterbangan seiring langkah para jawara yang bersiap dalam lingkaran arena tanah lapang.

Diiringi alunan musik tradisional dan teriakan semangat, pergelaran seni Tiban kembali menggema, bukan sekadar tontonan, tetapi simbol jati diri dan kebersamaan masyarakat Jawa Timur, Selasa, 1 Juli 2025.

Kegiatan budaya ini diinisiasi oleh anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan, Guntur Wahono, yang menggandeng tokoh masyarakat lokal, Imam Sutikno, atau yang akrab disapa Gus Tik. Sebuah sinergi antara pemimpin daerah dan tokoh masyarakat untuk menghidupkan kembali denyut budaya warisan leluhur.

“Hari ini kami bersama Gus Tik menggelar laga kesenian Tiban. Alhamdulillah, antusiasme masyarakat cukup tinggi, baik dari Blitar maupun dari daerah luar,” ujar Guntur kepada wartawan dengan raut bangga.

Bagi Guntur, Tiban bukan hanya pertunjukan seni belaka. Ia melihatnya sebagai bagian dari identitas kultural yang perlu terus dirawat. Memilih Tiban sebagai medium kegiatan bukan tanpa alasan ritual ini masih tumbuh subur di hati masyarakat pedesaan, khususnya di kawasan Blitar yang dikenal sebagai Bumi Penataran, tanah yang kaya akan tradisi dan spiritualitas.

“Penggemar Tiban di wilayah ini jumlahnya masih sangat banyak. Kita mewadahi bakat dan hobi mereka dengan cara mengadakan acara seperti ini,” lanjutnya.

Tiban adalah kesenian rakyat yang telah turun-temurun diwariskan di wilayah seperti Trenggalek, Blitar, Kediri, hingga Tulungagung. Penampilannya penuh energi: dua pemuda bertelanjang dada saling mencambuk dengan rotan dalam irama musik dan sorakan. Sekilas tampak keras, namun sebenarnya penuh makna simbolis.

“Ini adalah cara kami untuk memperkuat silaturahmi dan persahabatan. Tiban ini juga bukan hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga merupakan simbol dari identitas budaya dan kebersamaan masyarakat,” kata Gus Tik, yang dikenal sebagai tokoh spiritual sekaligus pelestari budaya.

Lebih dari sekadar atraksi fisik, Tiban menyimpan nilai-nilai luhur. Dalam setiap ayunan cambuk, terselip doa dan harapan untuk kesuburan tanah, keselamatan warga, serta keseimbangan alam. Ia mencerminkan filosofi masyarakat agraris yang hidup berdampingan dengan alam dan memuliakan kearifan lokal.

Di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, langkah kecil seperti ini menjadi penjaga gawang budaya. Pergelaran Tiban di Desa Bakung menjadi oase spiritual sekaligus perayaan atas kekayaan tradisi yang terus menyala, dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Di tengah debu yang beterbangan dan sorak warga yang menggema, Tiban kembali membuktikan dirinya bukan sekadar warisan tetapi napas hidup dari jati diri masyarakat Jawa Timur. (*)

Tombol Google News

Tags:

Guntur Wahono Tiban Gus Tik Jawara Blitar