KETIK, SURABAYA – Kyoto kembali dipenuhi warna-warni tradisi dalam perayaan tahunan Jidai Matsuri atau Festival Zaman yang digelar pada Selasa, 22 Oktober 2025.
Ribuan peserta mengenakan pakaian tradisional dari berbagai periode sejarah Jepang berparade dari Kyoto Imperial Palace menuju Kuil Heian Jingu. Pemandangan ini menghadirkan suasana megah yang seakan membawa masyarakat modern kembali menelusuri jejak masa lampau.
Dilansir dari situs resmi Japan National Tourism Organization (JNTO), Jidai Matsuri merupakan salah satu dari tiga festival terbesar di Kyoto selain Aoi Matsuri (diadakan setiap bulan Mei) dan Gion Matsuri (diadakan setiap bulan Juli).
Parade ini menampilkan lebih dari 2.000 peserta yang mengenakan kostum sejarah dari berbagai era, mulai dari periode Meiji, Edo, Azuchi-Momoyama, hingga Heian. Seluruh detail pakaian dan perlengkapan dibuat menyerupai aslinya untuk menjaga keaslian budaya Jepang.
Menurut situs resmi Kyoto Travel, festival ini pertama kali diadakan pada tahun 1895 untuk memperingati 1.100 tahun berdirinya Heian-kyo (nama lama Kyoto) sekaligus peresmian Kuil Heian Jingu. Sejak saat itu, Jidai Matsuri menjadi simbol penghormatan terhadap perjalanan panjang sejarah Kyoto sebagai bekas ibu kota Jepang selama lebih dari seribu tahun.
Perayaan tahun ini berlangsung meriah meski sempat diguyur hujan ringan. Prosesi dimulai pada pagi hari di kawasan Heian Jingu, ketika dua mikoshi (kendi) yang membawa arwah Kaisar Kammu dan Kaisar Komei dituntun menuju Kyoto Imperial Palace.
Rombongan kemudian bergerak sekitar pukul 12.00 waktu setempat, dengan barisan yang memanjang hingga 4,6 kilometer. Parade diawali oleh kelompok yang menggambarkan zaman Meiji dan diakhiri dengan rombongan dari periode Heian yang dikenal sebagai masa keemasan budaya klasik Jepang.
Di sepanjang rute parade, penonton tampak antusias menyaksikan iring-iringan peserta berpakaian lengkap dengan baju zirah, kimono bangsawan, hingga kostum samurai dan onna-bugeisha (pejuang wanita).
Suara drum dan seruling tradisional berpadu dengan derap langkah kuda menciptakan atmosfer khidmat sekaligus menawan. Banyak wisatawan yang datang dari luar negeri mengabadikan momen tersebut menggunakan kamera dan ponsel mereka.
Suasana meriah juga tampak di kawasan sekitar Heian Jingu dan jalanan utama Kyoto. Warga setempat dan wisatawan memenuhi area parade, bahkan beberapa toko serta kafe di sepanjang rute menyesuaikan jam operasional agar pengunjung dapat menikmati festival dengan nyaman.
Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan langsung, disarankan untuk datang lebih awal dan mengenakan pakaian hangat mengingat cuaca Kyoto di akhir Oktober mulai memasuki musim gugur.
Situs resmi Kyoto Travel juga menyebutkan bahwa pengunjung dapat menikmati pemandangan dedaunan merah yang menjadi latar alami parade, menjadikan pengalaman menonton Jidai Matsuri semakin berkesan.
Lebih dari sekadar acara budaya, Jidai Matsuri menjadi pengingat kuat tentang bagaimana masyarakat Jepang menghargai sejarah dan tradisi mereka. Melalui parade megah ini, Kyoto tidak hanya merayakan masa lalunya, tetapi juga memperlihatkan cara unik menjaga identitas di tengah dunia yang terus berubah.