KETIK, MEDAN – Laura Amandasari, seorang mahasiswi Kristen Protestan, baru saja diwisuda dari Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (UMSU) pada Selasa, 8 Juli 2025. Kisahnya di kampus Muhammadiyah ini viral dan membuktikan bahwa toleransi di UMSU bukan sekadar jargon.
“Awalnya saya ragu karena perbedaan, tetapi saya justru menemukan rumah kedua di UMSU,” ujar Laura mengutip laman resmi Muhammadiyah, Sabtu, 12 Juli 2025.
Meskipun UMSU merupakan pilihan terbaik secara akademis, Laura dan keluarganya tetap dilanda kekhawatiran. Mereka bertanya-tanya bagaimana nasib Laura, seorang Kristen Protestan, di tengah-tengah kampus yang kental dengan nilai-nilai Islam.
"Aku tidak dikucilkan. Aku diterima di sini. Dan memang benar kekhawatiran saya pelan-pelan itu terbukti. Karena apa? saya diterima memang dan bapak saya mulai memahami bahwa di sini tidak ada ruang untuk diskriminasi,” kata Laura.
Tak hanya Laura, sejumlah mahasiswa non-Muslim lain mengaku nyaman berkuliah di UMSU. Mereka mengapresiasi praktik toleransi yang diterapkan kampus.
"Tidak ada diskriminasi. Kami diperlakukan setara," ungkap Laura.
Laura memilih UMSU karena akreditasi unggul. Kekhawatiran orang tuanya pun pupus setelah melihat penerimaan yang setara. Bahkan, ia turut serta dalam program wakaf Al-Qur’an sebagai bentuk kebersamaan.
“Bagi saya teman-teman, ini bukan pengalaman lintas iman saja, tapi bagaimana kita belajar tentang kebersamaan, toleransi, dan kemanusiaan. Sebab akhirnya yang paling dikenang adalah bukan pencapaian atau kebaikan, tapi kebaikan yang tertinggal saat kita pergi,” ujarnya.
Laura menyebut, ia tidak hanya memperoleh ilmu akademis di UMSU, melainkan juga nilai-nilai kehidupan seperti rasa hormat, kasih, dan toleransi.
“Karena sampai detik ini saya wisuda, saya masih sebagai seorang Kristen Protestan di tengah-tengah ramainya wisudawan muslim di Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara,” pungkasnya. (*)