Jadi Guru Ngaji hingga Bina Atlet Difabel, Cara Humanis Polisi di Pacitan Jaga Kamtibmas

18 Agustus 2025 19:24 18 Agt 2025 19:24

Thumbnail Jadi Guru Ngaji hingga Bina Atlet Difabel, Cara Humanis Polisi di Pacitan Jaga Kamtibmas
Bhabinkamtibmas Kelurahan Sidoharjo, Polsek Pacitan Kota, Aipda Gatot Dwi Ananto, S.H, saat menjadi guru ngaji di Mushola Bahrun Najah, Lingkungan Teleng, Pacitan. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)

KETIK, PACITAN – Jangan bayangkan tugas seorang polisi kelurahan atau desa hanya sekadar duduk santai di kantor, atau berswafoto saat patroli keliling lingkungan.

Potret nyata seorang Bhabinkamtibmas jauh lebih kompleks dan dekat dengan denyut kehidupan masyarakat sehari-hari.

Hal itu bisa dilihat dari sosok Aipda Gatot Dwi Ananto, S.H, Bhabinkamtibmas Kelurahan Sidoharjo, Polsek Pacitan Kota.

Tinggal di RT 5 RW 11, Lingkungan Teleng, Kecamatan Pacitan, Gatot yang akrab dipanggil “Pak Gatot” oleh warga, dikenal sebagai figur polisi yang hangat dan selalu hadir di tengah masyarakat.

“Barusan saya ditelepon warga, Mbak Regina. Dia kehilangan handphone di Kecamatan Punung, bingung harus mengurus surat kehilangannya ke mana,” ujar Gatot saat ditemui di rumahnya, Senin, 18 Agustus 2025.

Bagi Aipda Gatot, polisi bukan hanya aparat penegak hukum, tetapi juga sahabat warga. Mereka yang bingung, resah, bahkan malu mendatangi kantor polisi, kerap lebih dulu menghubunginya.

Diketahui, Kelurahan Sidoharjo merupakan kawasan pesisir dengan masyarakat heterogen, terdiri dari berbagai suku seperti Bugis, Madura, Flores, hingga Jawa Barat.

Kondisi itu membuat pendekatan hukum yang kaku tidak selalu efektif.

“Di sini harus pintar-pintar mendekati orang,” kata ayah dua anak itu.

Ia bahkan pernah menghadapi pekerja yang beralasan tidak bisa bekerja tanpa minum alkohol. “Saya tidak bisa langsung menekan mereka, tapi pelan-pelan saya sisipkan nilai kebajikan,” jelasnya.

Pendekatan humanis ini mengingatkan pada metode dakwah Walisongo: menuntun tanpa paksaan, memberi teladan, dan merangkul dengan hati.

Di sela tugas menjaga kamtibmas, Gatot mengajar ngaji. Bermula dari tiga anak di rumahnya, kelas ngaji itu berkembang hingga 35 santri di Mushola Bahrun Najah.

“Awalnya anak-anak enggan. Saya bawakan permen, jajan, sampai kaos. Lama-lama mereka semangat,” kenangnya. Atas kiprah itu, ia pernah mendapat penghargaan dari Kapolda.

Kecintaannya pada olahraga lari maraton juga membuatnya rela menjadi pelatih atletik secara cuma-cuma.

Ia melatih anak-anak di Stadion Pacitan setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Mulai dari tolak peluru, lompat jauh, lempar lembing, hingga jalan cepat.

“Kalau soal bayaran, saya tidak mau. Tujuan saya bukan uang. Minimal anak-anak itu bisa dua jam lepas dari HP, belajar disiplin, dan punya kegiatan positif,” ujarnya.

Ia bahkan membina atlet difabel. Salah satu anak binaannya, seorang tuna wicara dan tuna rungu, sukses meraih dua medali emas di Surabaya.

Selain tugas formal, Gatot aktif di komunitas motor CB Konstan, futsal, PSSI, hingga Ju-Jitsu. Keterlibatan itu memudahkannya membaur dengan masyarakat.

Ia juga memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan TikTok untuk menyebarkan pesan kamtibmas dan edukasi.

“Tujuannya bukan viral, tapi memberi informasi sederhana yang bermanfaat,” ucapnya.

Kehidupan Awal dan Prinsip Hidup

Foto Bhabinkamtibmas Sidoharjo, Aipda Gatot tengah menunjukkan ratusan medali yang ia raij raih event maraton. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)Bhabinkamtibmas Sidoharjo, Aipda Gatot tengah menunjukkan ratusan medali yang ia raih dalam event lari maraton, Senin, 18 Agustus 2025. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)

Aipda Gatot lahir dan besar dari keluarga sederhana di Semarang, Jawa Tengah. Anak pertama dari empat bersaudara itu menyaksikan perjuangan kedua orang tuanya yang bekerja sebagai buruh tani.

“Bapak-ibu saya itu hanya buruh tandur dan mencangkul. Tapi meski begitu, mereka tetap berusaha membantu orang lain,” kenangnya.

Sejak kecil ia terbiasa dengan tanggung jawab, seperti menggembala kerbau selepas sekolah. Setelah lulus SMK, Gatot memutuskan mengabdi sebagai anggota Polri.

Pada 2015, ia menikahi Arifah Ulin Nuha, putri seorang kyai di Pacitan. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai dua anak.

Selain bertugas, Gatot menekuni hobi lari maraton dan sudah mengoleksi lebih dari 200 medali. “Lari sudah jadi bagian hidup saya,” ujarnya.

Bagi Gatot, nilai kejujuran, kerja keras, dan kepedulian yang diwariskan orang tua menjadi prinsip hidupnya.

“Kalau saya bisa membantu anak-anak dan warga, itulah kebahagiaan tersendiri. Karena tugas utama polisi bukan hanya menjaga ketertiban, tapi juga hidup bersama masyarakat,” pungkasnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

Polres Pacitan Polisi Humanis bhabinkamtibmas jaga Kamtibmas guru ngaji Pelatih Atlet Polisi Sahabat Masyarakat Kepolisian Pacitan Pembinaan Generasi Muda Humanisme Polisi Aipda Bhabinkamtibmas Kelurahan Sidoharjo Polsek Pacitan Kota Aipda Gatot Dwi Ananto Lingkungan Teleng pacitan