KETIK, MALANG – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan stroller khusus bagi anak penderita autis. Alat ini diklaim memiliki kecanggihan teknologi, larena bisa menjadi jembatan komunikasi bernama Smart Augmented Technology for Children Disability (Samata).
Ulytz Sukma Susila ketua tim mahasiswa pembuat inovasi stroller ajaib menyatakan, peralatan ini disebutnya, berangkat dari identifikasi masalah di lapangan dimana ada kendala utama yang terjadi ketika di Sekolah Luar Biasa (SLB) Autisme River Kids seperti hambatan komunikasi signifikan pada anak, minimnya alat bantu efektif, dan beban emosional yang tinggi bagi pengasuh.
"Samata hadir sebagai solusi dengan mengubah stroller biasa menjadi alat komunikasi interaktif yang terjangkau. Oleh karena itu, inovasi kami hadir sebaga jembatan komunikasi untuk anak autisme, mendukung proses belajar, meringankan beban emosional guru,” ungkap dia Ulytz Sukma Susila ketika ditemui Ketik.com.
Ulytz menambahkan, stroller itu menggunakan teknologi yang meliputi mikrokontroler, sensor interaktif, dan sistem Augmentative and Alternative Communication (AAC) berbasis gambar. Integrasi Sistem AAC Berbasis Gambar, adalah teknologi bantu komunikasi bagi anak-anak yang kesulitan berbicara.
"Pada Samata, sistem ini diintegrasikan secara langsung ke dalam stroller melalui panel gambar interaktif," ungkapnya kembali.
Menurutnya, inovasi ini dasarnya adalah modifikasi dari sebuah stroller biasa yang ditransformasi menjadi alat bantu yang cerdas dan interaktif. Pendekatan modifikasi ini dipilih oleh tim, agar biaya produksi lebih terjangkau dan pemanfaatannya lebih mudah diterapkan langsung oleh mitra.
"Untuk cara kerjanya Samata ini sederhana sebenarnya, tapi lebih powerful. Anak cukup menekan gambar simbol di panel seperti gambar makanan atau minuman, maka sensor sentuh akan mengirim sinyal ke mikrokontroler," jelasnya.
Kemudian secara instan, pengeras suara akan mengeluarkan suara "Saya mau makan" atau "Saya haus". Sedangkan sementara notifikasi yang sama terkirim ke smartphone pengasuh untuk memastikan respons cepat.
Pada proses pembuatan Samata, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh Ulytz dan tim. Mereka harus membuat Desain yang user-friendly, intuitif dan mudah dipahami oleh anak-anak autisme dengan beragam tingkat kemampuan. Tentu hal ini membutuhkan iterasi dan uji coba langsung.
"Kemudian, dari segi durabilitas dan keamanan, mereka harus memastikan prototipe stroller yang dibuat tidak hanya canggih secara teknologi, tetapi juga kuat, aman, dan nyaman untuk digunakan anak-anak setiap hari," tuturnya.
Meksi berhasil mengembangkan stroller khusus untuk anak autis, tapi Ulytz dan timnya belum berpuas diri. Ia dan timnya masih terus mengembangkan fitur-fiturnya, seperti mengembangkan bank suara dan simbol untuk mengekspresikan, sistem yang lebih cerdas dan mendesain ulang modul agar lebih modular sehingga mudah untuk dipasang.
“Semoga alat ini bisa membatu anak-anak disabilitas agar bisa dapat menyalurkan kebutuhan dasar mereka. Kami mengharapkan mereka bisa mengekspresikan rasa ingin tahu melalui alat komunikasi interaktif ini dan juga sebagai sarana pembelajaran yang mendukung perkembangan sensorik dan motorik,” tandasnya.(*)