Ikon Baru Trenggalek! Balap Gethek Hidupkan Kembali Sejarah Sungai Dam Widoro Lewat Festival Sungai Likaliku

23 November 2025 08:06 23 Nov 2025 08:06

Thumbnail Ikon Baru Trenggalek! Balap Gethek Hidupkan Kembali Sejarah Sungai Dam Widoro Lewat Festival Sungai Likaliku
Salah satu peserta lomba gethek pada Festival Sungai Likaliku di Desa Widoro, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek, Sabtu 22 November 2025 (foto: Agus Riyanto/Ketik.com)

KETIK, TRENGGALEK – Desa Widoro, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek, mendadak menjadi sorotan dengan digelarnya Festival Sungai Likaliku untuk pertama kali bertajuk "Meruwat Alam dan Merawat Kehidupan", Sabtu, 22 November 2025.

Festival ini menghadirkan beberapa prosesi menarik. Masyarakat Desa Widoro menggelar tradisi tasyakuran dan arak-arakan tumpeng, yang kemudian dilarung di Sungai Dam Widoro sebagai simbol rasa syukur agar sungai membawa keberkahan, bukan bencana.

Tak hanya itu, acara ini juga diisi dengan pelepasan benih ikan dan penanaman 100 bibit pohon durian serta alpukat di sekitar kawasan dam, sebagai wujud komitmen menjaga kelestarian ekosistem.

Kemudian, digelar sarasehan sebagai ruang edukasi bagi masyarakat, menghadirkan narasumber dari Surabaya dan Malang, termasuk para pelaku wisata di Trenggalek. Acara ini bertujuan memperdalam wawasan tentang pengembangan ekowisata, menghubungkan aspek ekologis dan ekonomi menjadi satu kesatuan.

Pada siang harinya, digelar lomba balap gethek yang diikuti 16 peserta. Lomba ini juga menjadi pengingat bagi generasi sekarang bahwa nenek moyang memanfaatkan sungai sebagai jalur transportasi.

Rangkaian acara ditutup dengan pertunjukan seni budaya pada malam hari, menambah kemeriahan bagi masyarakat.

Pelaksana tugas (Plt) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Trenggalek, Edi Santoso, mengatakan bahwa dalam acara Meruwat Sungai dan Merawat Bumi, lomba gethek dijadikan ikon baru. Lomba ini dianggap memiliki nilai historis tinggi sekaligus menjadi pengingat hubungan erat masyarakat dulu dengan sungai.

"Intinya, kita bisa kembali ke alam dengan memelihara sungai sebagi ekosistem yang terhubung antara ekologis dan ekonomi," tuturnya.

Edi, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa Festival Sungai Likaliku merupakan gelaran perdana di Dam Widoro. Karena itu, perlu ada evaluasi dan tanggapan positif agar festival ini bisa menjadi agenda rutin setiap tahun.

Festival ini dinilai bisa menjadi daya ungkit untuk mendukung program Bupati Trenggalek, menjadikan ekologi dan ekonomi sebagai satu kesatuan dalam ekosistem.

"Menjaga sungai bukan hanya bermanfaat bagi lingkungan.Tapi juga bisa menjadi pendongkrak peluang ekonomi dari sektor pariwisata," tandasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Bidang Peningkatan Daya Tarik Destinasi Wisata Disparbud setempat, Toni Widianto, menyampaikan, Festival Sungai Likaliku sebenarnya sudah direncanakan dua tahun yang lalu. Namun, terkendala kondisi cuaca.

"Alhamdulillah, tahun ini mendapat dukungan langsung dari bupati dan bisa terlaksana tahun ini," ungkapnya.

Ada beberapa hal penting dalam festival tersebut, di mana ada rangkaian tiga aspek, yakni budaya, konservasi dan wisata. 

Pertama, aspek budaya, ritual larung tumpeng dijadikan bagian dari tradisi bersih desa dan peringatan lahirnya Desa Widoro.

Kedua, dari sisi konservasi, ada pelepasan benih ikan dan penanaman pohon di bantaran sungai sebagai upaya untuk menjaga lingkungan dari dari resiko longsor dan kerusakan.

"Sedangkan yang ketiga, dari aspek wisata, balap gethek bisa dijadikan pengembangan atraksi berbasis air ala Dam Widoro," tutupnya.

Sebagai informasi, Festival Sungai Likaliku Dam Widoro merupakan kolaborasi antara Pemkab, Jamaah Muda Widoro (JMW), dan masyarakat setempat (*)

Tombol Google News

Tags:

Festival sungai likaliku lomba gethek