Ika Pusparona Ingin Menulis Agar Terus Dikenang

5 Oktober 2025 06:00 5 Okt 2025 06:00

Thumbnail Ika Pusparona Ingin Menulis Agar Terus Dikenang
Ika Rona membawa buku karyanya yang berjudul Monumen Patah Hati. Foto: Michelle/Ketik

KETIK, SURABAYA – Seorang perempuan berjilbab cokelat dan berbaju hitam bernama Ika Pusparona sedang terduduk di depan stand milik kota asalnya, Kabupaten Kediri. 

Ia betugas sebagai penjaga stand di acara Launching, Pameran & Bedah Buku Insan Pendidikan Se-Jawa Timur yang diadakan di Atrium Grand City Mall dalam rangka HUT ke-80 Provinsi Jawa Timur pada 3 Oktober 2025. 

Ika terduduk sambil menyapa ramah dan memperkenalkan karya-karya yang ia bawa kepada para pengunjung yang mampir. 

Dalam acara ini Ika selaku pengawas sekolah dari Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kediri juga turut memamerkan karyanya.

Pada kesempatan kali ini, Ika hanya membawa 1 karyanya yang telah terbit, yaitu berupa Antologi Puisi dengan judul Monumen Patah Hati. 

Buku berwarna cokelat dengan hiasan gambar animasi tangan, bunga dan burung ini telah terdaftar ISBN (International Standard Book Number) dan tersedia di Perpustakaan Nasional. 

Tidak hanya antologi puisi, perempuan yang kini berusia 41 tahun itu juga telah menulis sejumlah karya lain, yaitu berupa artikel pembelajaran, hingga kumpulan tips menulis. 

Ika juga berbagi cerita mengenai awal mula ia aktif menulis. Sebelum menjadi pengawas, Ika merupakan guru Bahasa Indonesia dan kerap menulis untuk sekedar mencurahkan isi hatinya. 

"Jadi, awalnya saya hanya menulis unek-unek di Facebook. Lama-lama banyak terkumpul, lalu saya berpikir kenapa tidak dibukukan saja,” ujarnya ketika diwawancarai Tim Ketik. 

Pada awalnya, ia belum yakin dengan kualitas karyanya. Namun lingkungan sekitarnya terus mendorong agar ia berani menerbitkan karyanya. 

Menurutnya, keberanian adalah kunci utama bagi siapa pun yang ingin menjadi penulis. “Jangan minder duluan. Tidak perlu menilai kualitas karya kita sendiri, biar orang lain yang menilai. Yang penting berani dulu membukukan,” tegas Ika.

Ika berpikir menulis dan menerbitkan karyanya juga bisa menjadi kenangan ketika ia sudah tidak lagi ada di dunia. Namanya akan selalu terkenang melalui karya-karyanya. 

“Dengan menulis, nama kita akan tetap dikenang, meskipun kita sudah tidak ada,” pungkasnya.

Perempuan asal Kediri ini juga menyampaikan kesan dan harapannya mengenai acara Launching, Pameran & Bedah Buku ini. Menurutnya, kegiatan seperti ini sangat penting untuk memotivasi siswa. Ia berharap kegiatan serupa dapat berlangsung berkelanjutan, tidak hanya sesekali.

“Event seperti ini menjadi bentuk apresiasi untuk anak-anak muda. Harapannya semangat menulis terus tumbuh, tidak hanya berhenti di tahun ini, tapi berlanjut di tahun-tahun berikutnya,” tambahnya. 

Ika berharap semakin banyak siswa, guru, maupun masyarakat umum yang berani menulis dan mengabadikan karyanya. Baginya, menulis bukan hanya soal karya, tetapi juga jejak yang akan dikenang selamanya. (*) 

Tombol Google News

Tags:

launching buku HUT Ke-80 Jawa Timur Gubernur Jatim Khofifah Surabaya Pameran Buku bedah buku