Hadiri Acara Kanwil Kemenag Jatim, Menteri Agama Tekankan Pendidikan Berbasis Cinta

26 November 2025 22:00 26 Nov 2025 22:00

Thumbnail Hadiri Acara Kanwil Kemenag Jatim, Menteri Agama Tekankan Pendidikan Berbasis Cinta
Menteri Agama Nasaruddin Umar (kiri) dan Ketua Kanwil Kemenag Jatim Akhmad Sruji Bahtiar saat mengisi bimtek. (Foto: Kemenag Jatim)

KETIK, SURABAYA – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menghadiri acara yang digelar Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur pada Rabu, 26 November 2025.

Nasaruddin Umar, dalam kunjungannya menegaskan pentingnya Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) pada saat Bimbingan Teknis (Bimtek) untuk Peningkatan Kompetensi Pengawas Madrasah, Kepala Madrasah Aliyah (MA). 

Menurutnya, madrasah memiliki paket pembelajaran yang lebih lengkap. Secara epistemologi, sekolah mempelajari alam fisik, sementara madrasah mempelajari fisika sekaligus metafisika, yaitu alam syahadat dan alam gaib.

Hal ini juga dijelaskan dalam nomenklatur pendidikan, sekolah umum yang menitikberatkan pada ilmu logika.

"Berbeda dengan madrasah, pembelajaran di madrasah tidak hanya mempelajari logika, tetapi juga intuisi. Ada pengetahuan yang dapat dijangkau oleh akal, namun ada pula pengetahuan yang hanya dipaham melalui kedalaman spiritual," katanya dikutip dari keterangan resmi.

Menag menggambarkan, bahwa madrasah sebagai "bengkel spiritual" yang mengajarkan ilmu langit, dimulai dari pembersihan batin sebelum proses ta'lim.

"Guru madrasah, idealnya memulai aktivitas dengan doa, mengajar dengan penuh doa, dan menutup pembelajaran dengan doa pula," lanjutnya.

Lanjut Nasaruddin Umar, madrasah menjadi tempat untuk mencari keberkahan Allah, sehingga ukuran keberhasilannya tidak hanya pada capaian akademik.

"Sebagaimana di sekolah umum. Di sekolah umum, ukuran keberhasilan adalah nilai dan orientasinya dunia, di madrasah, ukurannya adalah sikap (attitude) dengan orientasi dunia sekaligus akhirat," jelassnya.

Kemudian dari sisi ontologi, kata Menag, madrasah memiliki ukuran formal dan usuli yang berpuncak pada 'ilmu yaqin', sementara pesantren memiliki ukuran non-formal hingga mencapai 'ainul yaqin'. Artinya, Nasaruddin Umar mengajak seluruh pendidik aktif berpikir, kritis, dan peka membaca tanda-tanda zaman di era post-truth.

Acara tersebut, juga dihadiri oleh Staf Khusus Menteri Agama Ismail Cawidu, Sekretaris Menteri Agama Akmal Salim Ruhana, Kepala Kanwil Kemenag Jawa Timur Akhmad Sruji Bahtiar, Rektor UINSA Surabaya Akhmad Muzakki, Kabid Pendidikan Madrasah Sugiyo, serta sejumlah pejabat Kanwil lainnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Nasaruddin Umar Menag RI Kementerian Agama Kemenag Jatim Akhmad Sruji Bahtiar