KETIK, KEDIRI – Perubahan pola pikir dan karakter generasi Z (Gen Z) menuntut peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) tidak lagi sekadar memberi nasihat akademik, tetapi juga menjadi mitra strategis dalam menentukan arah pendidikan dan karier siswa.
Hal ini disampaikan dalam kegiatan tes kemampuan akademik yang digelar di MAN 1 Kabupaten Kediri, hasil kolaborasi antara Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) MA Kabupaten Kediri dengan Genza Education, Selasa (28/10/2025).
Direktur Utama Genza Education M. Syamsul Ma’arif menjelaskan bahwa pendekatan berbasis data dan G-Consultation menjadi kunci untuk meningkatkan peluang siswa diterima di perguruan tinggi negeri.
Melalui pemetaan nilai rapor dan profil akademik siswa, guru BK dapat memberikan arahan yang lebih akurat sesuai potensi masing-masing anak.
"Kami memanfaatkan data nilai rapor dan profil siswa untuk membaca peluang mereka diterima di program studi tertentu. Pendekatan ini lebih objektif dan membantu siswa memilih jurusan sesuai kompetensi," ujar Syamsul.
Forum kegiatan tes kemampunan akademik yang digelar di MAN 1 Kabupaten Kediri hasil kolaborasi antara Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) MA Kabupaten Kediri dengan Ginza Education, Selasa (28/10/2025). (Foto: Genza for Ketik.com).
Menurutnya, banyak kegagalan siswa dalam seleksi perguruan tinggi bukan disebabkan kurangnya kemampuan, melainkan karena salah arah dalam menentukan jurusan.
Ketidaksesuaian antara keinginan pribadi, kemampuan akademik, dan ekspektasi orang tua menjadi kendala utama yang sering dihadapi.
“Kadang anak ingin masuk jurusan tertentu, tapi orang tua punya keinginan lain. Perbedaan ini sering jadi kendala. Maka guru BK punya peran penting untuk menengahi dan mengarahkan dengan bijak,” tambahnya.
Secara nasional, Genza Education telah mendampingi lebih dari 15 ribu siswa dengan tingkat keberhasilan mencapai 82 persen dalam seleksi perguruan tinggi negeri melalui jalur SNBP dan SNBT.
Syamsul optimistis potensi pelajar di Kediri sangat besar untuk meraih hasil serupa jika pendampingan dilakukan secara sistematis dan berbasis data.
Sementara itu, Ketua MGBK MA Kabupaten Kediri, Avif Maulinda menilai bahwa guru BK kini dihadapkan pada perubahan besar dalam pola pikir siswa. Generasi Z memiliki karakter lebih terbuka, kritis, dan cenderung ingin dipahami, bukan hanya diarahkan.
“Anak-anak sekarang lebih kritis, mereka ingin dipahami, bukan sekadar diarahkan. Tugas guru BK adalah membantu mereka mengenali potensi diri dan menyesuaikannya dengan pilihan karier yang realistis,” tutur Avif.
Guru MAN 3 Kediri ini juga menambahkan bahwa semangat belajar siswa MA di Kabupaten Kediri masih tinggi, dengan sekitar 70 persen di antaranya ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Namun, kesiapan dan strategi tetap menjadi tantangan besar yang harus diatasi bersama.
“Kami ingin anak-anak menyadari pentingnya memilih peta karier sesuai kemampuan dan minatnya. Di sinilah guru BK harus hadir bukan hanya memberi saran, tapi mendampingi dengan data dan pemahaman yang lebih mendalam,” imbuhnya.
Kegiatan yang berlangsung di MAN 1 Kabupaten Kediri ini menjadi momentum bagi para guru BK untuk memperbarui metode bimbingan.
Melalui kerja sama dengan Genza Education, diharapkan guru BK tidak lagi sekadar menjadi pemberi arahan, tetapi mitra aktif dalam membantu siswa merancang masa depan di tengah ketatnya persaingan pendidikan dan dunia kerja.
“Guru BK adalah jembatan penting antara siswa, orang tua, dan masa depan mereka. Dengan pendampingan yang tepat, potensi anak-anak Kediri bisa berkembang jauh lebih besar,” pungkas Syamsul. (*)
