KETIK, HALMAHERA SELATAN – Seorang penjelajah khatulistiwa asal Malaysia, Zamri Taib, menorehkan jejak penting dalam ekspedisinya di Indonesia timur.
Ia datang jauh dari negeri jiran untuk melakukan perjalanan khusus menuju Tugu Khatulistiwa di Desa Guruapin, Kecamatan Kayoa, Kabupaten Halmahera Selatan
Kehadirannya menegaskan bahwa garis lintang nol derajat bukan sekadar titik imajiner, melainkan warisan alam yang bernilai budaya dan pariwisata.
Ketua GOW Halmahera Selatan Mardiana Helmi Berpose Bersama Wabup Halsel dan Zamri (Foto: Mursal/Ketik)
Setelah menapaki Desa Guruapin dan melihat langsung monumen penanda khatulistiwa, Zamri kemudian bertemu Wakil Bupati Halmahera Selatan, Helmi Umar Muchsin, dalam kegiatan Car Free Day di Labuha pada Minggu, 24 Agustus 2025.
Pada kesempatan itu, ia menyerahkan sebuah plakat penghargaan kepada Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan sebagai bentuk apresiasinya.
“Saya bangga bisa menjejak Tugu Khatulistiwa di Desa Guruapin. Masyarakat Halmahera Selatan ramah, penuh keunikan, dan pemerintah sangat peduli melestarikan potensi ini,” ucap Zamri.
Ia juga menegaskan, pengalaman melihat langsung tugu di Kayoa menjadi salah satu momen berharga dalam perjalanan ekspedisinya.
“Halmahera Selatan punya daya tarik luar biasa. Lautnya indah, masyarakatnya hangat, dan saya yakin tempat ini akan dikenal luas jika terus dipromosikan,” tambah Zamri.
Wakil Bupati Helmi Umar Muchsin menyambut kunjungan itu dengan rasa syukur. Menurutnya, ekspedisi seperti yang dilakukan Zamri memperkuat identitas Halmahera Selatan sebagai daerah yang dilintasi garis khatulistiwa.
“Saya mewakili Bupati menyampaikan terima kasih kepada Pak Zamri dan rombongan. Semoga Tugu Khatulistiwa di Desa Guruapin bisa berkembang menjadi destinasi wisata, seperti harapan beliau,” kata Helmi.
Helmi juga menekankan bahwa pemerintah daerah terbuka terhadap kolaborasi internasional untuk mempromosikan potensi lokal.
“Kunjungan ini memberi arti penting, karena memperlihatkan bahwa dunia luar memberi perhatian pada Halmahera Selatan. Tentu ini menjadi motivasi bagi kami untuk terus menjaga dan mengembangkan potensi khatulistiwa di Kayoa,” ujar Helmi.
Lebih jauh, ia berharap momentum ini akan mendorong wisata berbasis sejarah, budaya, dan geografi di Halmahera Selatan.
“Selain Morotai, Kayoa adalah wilayah Maluku Utara yang dilalui garis khatulistiwa. Kami ingin masyarakat dunia tahu bahwa di sini ada warisan besar yang patut dijaga dan dikenalkan,” tandasnya.