KETIK, SURABAYA – Dalam rangkaian peringatan Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Timur, Jatim Fest 2025 resmi dibuka di Grand City Mall Surabaya pada Rabu (1/10/2025).
Di hari pertama, sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) turut memeriahkan pameran, salah satunya stan Dinas Koperasi dan UKM Jawa Timur.
Stan tersebut menampilkan berbagai UMKM unggulan, termasuk Wijaya Prima Saputra (39), pemilik PT Yuksri Prima Indonesia yang berlokasi di Blitar.
Ia dikenal dengan bisnis makanan olahan berbasis pisang dan frozen food.
Wijaya menuturkan, usahanya bermula pada 2016 dengan menjual produk unggas, mengingat Blitar memang dikenal sebagai sentra unggas. Dari situ, ia mengembangkan makanan beku.
Empat tahun kemudian, tepatnya pada 2020, ia membuka manufaktur untuk mengelola daging unggas seperti ayam dan bebek menjadi produk siap saji (frozen food).
Seiring waktu, Wijaya merintis usaha food service berupa rumah makan yang kini sudah memiliki empat cabang.
Tidak berhenti di sana, ia juga melahirkan produk keripik pisang aneka rasa yang kemudian menjadi salah satu produk unggulan.
“Permintaan snack di Indonesia sangat tinggi, apalagi untuk olahan pisang. Pisang itu nomor satu permintaan terbesar. Saya bahkan punya lebih dari 500 varian rasa, tergantung permintaan pasar,” ungkap Wijaya saat ditemui di stan Diskop UKM Jatim.
Keripik pisang kreasinya diklaim berbeda dari produk sejenis karena teksturnya tipis, empuk, dan tidak menimbulkan rasa seret di tenggorokan. Hal inilah yang membuat produk tersebut juga disukai pembeli dari mancanegara.
Sejumlah varian unik seperti chicken, garlic, hingga pizza menjadi favorit konsumen. Bahkan, beberapa varian merupakan permintaan khusus dari pasar luar negeri.
“Kepulauan Fiji, sampai Spanyol pernah minta rasa tertentu. Untuk pasar ekspor, biasanya harga disepakati 1 dolar per bungkus, atau sekitar Rp16 ribu,” jelasnya.
Produk kering seperti keripik pisang ini pun relatif mudah dikirim, baik melalui kapal, pesawat, maupun ekspedisi internasional.
Tidak hanya keripik pisang, Wijaya juga mengembangkan produk olahan usus yang dipasarkan ke beberapa negara Asia, seperti Hongkong, Taiwan, dan Malaysia.
Namun, untuk pasar Eropa, produk ini kurang diterima karena dianggap limbah.(*)