KETIK, SITUBONDO – Program Building Effekctive Network (BEN) adalah gerakan bersama untuk memperkuat hubungan dan kerja sama agar anak dan remaja dengan disabilitas bisa lebih diperhatikan termasuk yang terdampak kusta dan Down Syndrome.
Program ini dilakukan di berbagai daerah melalui dukungan Liliane Fonds dan NLR Indonesia dengan menggunakan cara Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM), yaitu cara pendampingan yang melibatkan keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
“Program BEN dilaksanakan untuk membantu mengatasi masalah ketidakadilan dan hambatan yang masih dialami anak dan remaja dengan disabilitas di Indonesia, terutama dalam mendapatkan layanan-layanan dasar kesehatan, pendidikan, penghidupan atau pekerjaan dan keterlibatan dalam kegiatan sosial serta masyarakat,” jelas Sekretaris Program BEN, Rizky Yulinda.
Program ini, lanjut Rizky, menyasar terutama untuk anak dan remaja dengan disabilitas termasuk yang terdampak kusta dan Down Syndrome sampai usia 25 tahun, khususnya bagi mereka yang tinggal di desa atau daerah dengan kondisi ekonomi yang sulit.
Selain itu, kata Rizky, anak perempuan dan perempuan muda dengan disabilitas. Lalu, mereka yang mengalami kesulitan mendapatkan pendidikan dan layanan kesehatan, terutama terkait kesehatan reproduksi dan seksual serta anak dengan disabilitas yang ikut terdampak perubahan iklim atau bencana alam.
Program BEN dijalankan dengan empat cara kerja agar semua bisa berjalan bersama, saling mendukung, dan bertanggung jawab. Kerja sama banyak pihak dan tata kelola yang terbuka ada visi yang sama, koordinasi yang baik, dan tanggung jawab di semua tingkatan.
“Model Rehabilitasi Berbasis Masyarakat yang menyeluruh dan berbasis data serta menggunakan data disabilitas yang jelas, pendampingan, serta mendorong aturan yang mendukung inklusi agar bisa diterapkan secara berkelanjutan. Teknologi dan inovasi yang ramah disabilitas untuk memperluas akses layanan, meningkatkan peran serta, dan memperkuat dukungan di tingkat masyarakat,” tutur Rizky.
Selain itu, kata Rizky, komunikasi dan keterlibatan masyarakat lewat sosialisasi, dialog, dan aksi bersama dengan disabilitas harus dilakukan untuk mengurangi anggapan buruk, serta mengubah cara pandang, dan mendorong layanan yang sesuai hak-hak manusia.
“Program BEN dijalankan dengan menggunakan pendekatan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM). Secara sederhana, RBM adalah pendampingan kepada anak dan remaja dengan disabilitas melalui dukungan keluarga, tetangga, sekolah, dan lingkungan sekitar supaya mereka dapat hidup mandiri, ikut kegiatan, dan mendapatkan hak yang sama seperti orang lain,” terangnya.
Anak dan remaja dengan disabilitas, sambung Rizky, membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar, seperti keluarga, tetangga, dan pemerintah desa. Dukungan itu bisa berupa semangat, penerimaan, perhatian, kesempatan, atau bantuan kebutuhan. Semua pihak perlu bekerja sama dalam proses pemulihan dan pendampingan mereka.
“Mereka Disabilitas butuh dukungan emosional, contohnya menunjukkan empati, menerima mereka apa adanya, dan memberi kasih sayang, memberi pujian, menghargai kemampuan mereka, dan memberi semangat untuk maju. Lalu memberikan dukungan instrumental contohnya menyediakan fasilitas, membantu hadir dalam suatu kegiatan, atau membuka kesempatan kerja,” jelas Rizky.
Selanjutnya, kata Rizky, memberikan dukungan informasional, contohnya memberi pengetahuan atau informasi yang bisa membantu proses penerimaan diri dan lingkungan. Dukungan Jaringan Sosial, contohnya membuat kelompok yang menjadi wadah saling dukung atau pertemuan rutin agar mereka tidak merasa sendiri.
Adapun, imbuh Rizky, yang terlibat dalam Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) antara lain, pemerintah nasional, pimpinan politik, media massa, pemerintah lokal, LSM, kelompok Disabilitas, pemimpin komunitas, guru, pekerja kesehatan, tetangga dan masyarakat sekitar serta anak dan remaja.
“Keberhasilan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat bergantung pada kepemimpinan yang efektif. Kerja sama dengan banyak pihak. Keterlibatan komunitas atau kelompok masyarakat melalui pemberdayaan, pemanfaatan sumber daya yang telah ada di masyarakat," jelasnya.
"Sedangkan, kunci keberhasilan RBM ini, antara lain pertimbangan pengaruh budaya, peningkatan keterampilan dan kemampuan anak dan remaja disabilitas, keluarga, dan komunitas. Penggalangan dukungan finansial (fasilitasi dan dana) Advokasi dan dukungan kebijakan,” pungkas Rizky. (*)
