KETIK, SURABAYA – Perayaan Natal selalu identik dengan sosok pria berbadan besar dengan kostum merah-putih yang membawa hadiah, dikenal sebagai Sinterklas atau Bapak Natal.
Nama Sinterklas berasal dari “Santa Nicholas,” seorang uskup Yunani yang hidup pada abad ke-4 Masehi di Myra, wilayah yang kini menjadi Turki.
Santo Nicholas dikenal karena mukjizat dan kebaikannya. Salah satu kisah paling terkenal adalah ketika ia menyelamatkan tiga gadis muda dari perbudakan dengan melemparkan tiga kantong emas ke cerobong asap sebagai mas kawin, yang kemudian mendarat di stoking yang digantung dekat perapian.
Kisah ini kemudian menyebar luas di Eropa abad pertengahan, dan hingga kini Sinterklas kadang dijuluki “Saint Nick” sebagai penghormatan. Gereja merayakan hari raya Santo Nicholas setiap 6 Desember, dan praktik meninggalkan hadiah untuk anak-anak pada malam sebelumnya menjadi tradisi umum.
Di Belanda, Sinterklas digambarkan sebagai sosok yang dapat secara ajaib memasuki rumah melalui pintu atau cerobong asap untuk meninggalkan hadiah. Perayaan di Belanda juga ditandai dengan pasar yang menjual mainan dan kemunculan pria berjubah merah panjang.
Seiring waktu, narasi Sinterklas berkembang dengan munculnya karakter jahat seperti Krampus dan Knecht Rupert yang bertugas menghukum anak-anak nakal.
Sementara itu, gagasan Bapak Natal atau Father Christmas muncul di Inggris setidaknya pada abad ke-15. Pada masa Tudor dan Stuart, tokoh hiburan seperti Lord of Misrule, Captain Christmas, atau Prince Christmas mulai populer.
Dalam karya A Christmas Carol (1843) karya Charles Dickens, Sinterklas digambarkan mengenakan pakaian hijau. Tradisi Sinterklas dibawa ke Amerika oleh imigran Belanda di New Amsterdam dan kemudian berevolusi menjadi Santa Claus.
Di Amerika, sebuah puisi anonim tahun 1821 sudah menggambarkan pria yang mengendarai kereta luncur ditarik rusa untuk mengantar hadiah pada Malam Natal, dan kemudian digemakan serta dipopulerkan oleh Clement Clarke Moore melalui puisinya A Visit from St. Nicholas pada tahun 1823.
Visualisasi klasik Sinterklas juga dibentuk oleh ilustrator Thomas Nast, yang mendefinisikan tampilan Santa Claus seperti yang dikenal hingga kini.
Pada era Victoria, Sinterklas menyatu dengan narasi Bapak Natal di Inggris, menghasilkan versi modern yang disambut hangat oleh masyarakat. Meskipun nama Bapak Natal dan Sinterklas/Santa Claus tetap populer, citra Sinterklas asal Belanda yang ceria dan penuh semangat tetap dominan dan digunakan hingga saat ini.
Walaupun sering dikira sama, nyatanya sinterklas dan santa claus berbeda, sinterklas adalah versi yang lebih tua dan lebih dekat dengan asal-usul agama Kristen (Santo Nicholas). Ia memiliki penampilan yang serius dan bermartabat, datang pada awal Desember.
Sedangkan santa claus adaptasi yang lebih modern, sekuler, dan komersial dari Sinterklas. Sosok ini dibentuk oleh puisi Amerika abad ke-19 dan ilustrasi komersial, memiliki penampilan yang ceria dan meriah, dan beraksi tepat pada Malam Natal. (*)
