Apel 'Srawung Agung' Kelompok Jaga Warga DIY Dihadiri Kapolri

Sri Sultan HB X: Jaga Warga DIY Adalah Kekuatan Moral Merawat Falsafah Titi Tentrem Kerta Raharja

21 November 2025 11:50 21 Nov 2025 11:50

Thumbnail Apel 'Srawung Agung' Kelompok Jaga Warga DIY Dihadiri Kapolri
Sri Sultan HB X didampingi Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo dan jajaran Forkopimda DIY serta Mabes Polri berfoto bersama anggota Kelompok Jaga Warga usai Apel "Srawung Agung" di Mapolda DIY, Sleman, Jumat 21 November 2025. Apel akbar ini menegaskan sinergi antara aparat dan masyarakat dalam menjaga situasi Titi Tentrem Kerta Raharja di Yogyakarta. (Foto: Lik Is for Ketik.com)

KETIK, YOGYAKARTA – Polda DIY menyelenggarakan Apel "Srawung Agung" Kelompok Jaga Warga DIY sebagai wujud apresiasi sekaligus penanda kesiapan personel dalam menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat.

Apel akbar yang dihadiri sekitar 1.000 anggota Jaga Warga se-DIY ini berlangsung di Lapangan Apel Mapolda DIY, Jumat pagi, 21 November 2025.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, bertindak sebagai pimpinan apel. Adapun tokoh yang hadir antara lain Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo MSi beserta Pejabat Utama Mabes Polri, Kapolda DIY Irjen Pol Anggoro Sukartono SIK MH, Gubernur AAU Marsda TNI Donald Kasenda, dan Komandan Lanud Adisutjipto Marsma TNI Toto Ginanto ST MAP MHan.

Tampak hadir pula Komandan Korem 072/Pamungkas Brigjen TNI Bambang Sujarwo SH MSos MM, Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda DIY) Brigjen TNI Firyawan SIP, Komandan Lanal Yogyakarta Kolonel Mar Hafied Indrawan SE, Ketua DPRD DIY Nuryadi SPd, Kepala Istana Kepresidenan Gedung Agung Deni Mulyana, Unsur Forkompimda DIY, Perwakilan Rektor Universitas atau Perguruan Tinggi, dan seluruh anggota Kelompok Jaga Warga se-DIY.

Falsafah Keamanan Berbasis Warga

Dalam arahannya, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan inti dari filosofi keamanan di Yogyakarta. Ia menegaskan, masyarakat Jawa memegang teguh falsafah "Titi, Tentrem, Kerta, Raharja," yang dimaknai bahwa keteraturan yang dijalani dengan ketulusan akan melahirkan ketenteraman, menumbuhkan daya juang, dan pada akhirnya menghadirkan kesejahteraan lahir batin.

Nilai luhur ini sejalan dengan adagium Latin, salus populi suprema lex, yaitu keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi.

"Melalui Apel Besar Jaga Warga, kita sesungguhnya tengah merawat amanat besar itu, mengukuhkan Yogyakarta sebagai ruang hidup bersama, di mana 'manunggaling warga lan pamong', menjadi kekuatan moral, dalam menjaga ketenteraman DIY," ujar Sri Sultan.

Gubernur DIY menyoroti perubahan paradigma keamanan di era modern yang tidak lagi cukup disandarkan pada perangkat teknologi atau aturan yang kaku.

Kompleksitas ancaman membutuhkan pendekatan baru, yaitu "people-centered security". Pendekatan ini menempatkan masyarakat sebagai subjek dan mitra strategis melalui empati, komunikasi dua arah, dan tanggung jawab bersama.

Menurutnya, ketika keamanan dijalin bersama warga, yang tumbuh adalah resiliensi sosial dan solidaritas, bukan sekadar kepatuhan.

Polri dan Peran Strategis Jaga Warga

Sri Sultan HB X berharap Polri dapat menerapkan laku "Tata, Titi, Tatas, Titis": serangkaian proses yang meliputi perencanaan yang komprehensif, implementasi yang cermat dan konsisten, penyelesaian yang menyeluruh sesuai kaidah tata kelola, serta keluaran yang tepat sasaran dan berorientasi manfaat publik.

Laku ini melengkapi harapan masyarakat agar Polri senantiasa menegakkan nilai-nilai “Catur Prasetya”, dengan kesadaran penuh bahwa masyarakat adalah subjek yang wajib dilayani.

Di sinilah Jaga Warga menemukan peran strategisnya. Ia menjadi jembatan budaya agar proses penegakan keamanan tidak serta-merta bertumpu pada tindakan represif, tetapi selalu dimulai dari kohesi, dialog, dan kebijaksanaan. Inilah konsep keamanan semesta yang terwujud dari proses tanggap, tangguh, tuntas.

"Keamanan sejati, bukan pertama-tama perkara teknis, ia adalah suasana batin. Ia hadir ketika warga dihormati, didengarkan, dan dilibatkan," tegas Sri Sultan.

Empati Lebih Ampuh daripada Ledakan Energi

Peristiwa demonstrasi pada 29–30 Agustus lalu menjadi cerminan nyata keberhasilan kohesi sosial di Yogyakarta. Sri Sultan menyebut Jogja mampu melewati masa genting itu berkat dialog, pendekatan kultural, serta sinergi kuat antara Polri dan Jaga Warga.

Gema Gending Raja Manggala yang mengalun saat itu adalah penanda bahwa di tengah kegelisahan, para demonstran tetap dihormati sebagai warga yang menyuarakan harapan. Pada titik itulah negara harus hadir dengan kebijaksanaan.

"Dari sana pula kita belajar, bahwa empati memang lebih ampuh daripada ledakan energi, bahwa budaya lebih menenangkan daripada represi," tegasnya.

Atas nama Pemerintah Daerah DIY, Sri Sultan menyampaikan terima kasih atas dukungan 10.000 rompi Jaga Warga.

"Rompi itu adalah simbol keteduhan. Bahwa garda keamanan hadir, untuk 'ngayomi lan ngemong', bukan menakuti," jelasnya.

Menjelang Natal dan Tahun Baru, Sri Sultan berharap Jaga Warga terus menjadi pagar budaya yang menjaga harmoni, sekaligus sahabat masyarakat dan mitra Polri dalam memperkuat keteduhan di tengah dinamika sosial.

Apel ini menjadi penanda kesiapan Jaga Warga menjaga keamanan, sekaligus bentuk apresiasi Kepolisian atas peran mereka dalam menjaga situasi Kamtibmas di Yogyakarta.

Dengan Polri bekerja melalui “tata, titi, tatas, titis” dan Jaga Warga melangkah dengan “tanggap, tangguh, tuntas”, Yogyakarta diharapkan terus berada dalam suasana “titi tentrem, karta raharja”: aman, tertib, makmur, dan sejahtera bagi seluruh warganya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Jaga Warga DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X Polda DIY Apel Srawung Agung Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo People-Centered Security Titi Tentrem Kerta Raharja Keamanan Semesta Kohesi Sosial Natal dan Tahun Baru Gubernur DIY Brigjen TNI Bambang Sujarwo Irjen Pol Anggoro Sukartono Polisi dan Warga