KETIK, SURABAYA – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), hadir sebagai pembicara dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Senin, Agustus 2025. Sebanyak 6.993 mahasiswa baru mengikuti kegiatan yang berlangsung di Grha ITS tersebut.
Rektor ITS, Prof. Ir. Bambang Pramujati, menyampaikan bahwa kehadiran AHY memberikan semangat dan wawasan baru bagi para mahasiswa.
"Dengan kedatangan Pak Menteri AHY, mahasiswa mendapat motivasi dan insight mengenai posisi serta kondisi Indonesia saat ini dan ke depan," ujarnya usai acara.
Prof. Bambang menegaskan, ITS siap menjadi agen transformasi dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) unggul untuk Indonesia.
"Itu menjadi tanggung jawab kami dalam mendidik mahasiswa agar dapat berperan aktif dalam proses transformasi SDM di Indonesia," katanya.
Dalam kuliah umumnya, AHY membawakan tema "Mempersiapkan Generasi Tangguh untuk Pembangunan Infrastruktur dan Kewilayahan Menuju Indonesia Emas 2045". Ia menyoroti tiga isu strategis: tantangan global, dinamika nasional, serta pesan khusus bagi mahasiswa ITS sebagai generasi penerus bangsa.
“Saya merasa terhormat hadir di kampus luar biasa ini. ITS bukan kampus biasa, ini tempat lahirnya calon pemimpin, teknokrat, dan inovator bangsa,” ucap AHY.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (empat dari Kanan) menjadi pembicara di Kuliah Umum di ITS, Senin, 4 Agustus 2025. (Foto: Khaesar/Ketik)
Ia menjelaskan bahwa tantangan global, seperti konflik geopolitik, krisis kemanusiaan, dan perang dagang internasional, berpotensi besar memengaruhi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, mahasiswa harus memiliki wawasan global dan daya adaptasi tinggi.
“Dunia semakin terbelah. Amerika memang masih menjadi kekuatan utama, tetapi kekuatan-kekuatan baru juga bermunculan. Indonesia tidak boleh tertinggal dan tidak bisa dipandang sebelah mata,” tegasnya.
AHY juga menyoroti disruptive technology sebagai tantangan sekaligus peluang. Ia menyebut teknologi seperti ChatGPT sebagai contoh kemajuan yang bisa mempermudah pekerjaan, tetapi juga berpotensi menggantikan tenaga manusia.
“Kita tidak boleh menjadi budak teknologi, melainkan harus mampu bergandengan dengan teknologi untuk meningkatkan produktivitas,” pesannya.
Ia memberi contoh dampak teknologi terhadap ekonomi dan sosial, seperti hilangnya ojek pangkalan yang kini tergantikan oleh layanan ojek online.
Isu lainnya yang menjadi perhatian adalah krisis iklim dan ledakan populasi global. Diperkirakan, pada 2050 jumlah penduduk dunia mencapai 10 miliar jiwa, dan Indonesia menjadi negara dengan populasi keempat terbanyak.
“Ini realitas yang harus kita hadapi bersama. Kita tidak bisa berpangku tangan. Semua pihak, termasuk mahasiswa ITS, harus ikut terlibat mencari solusi,” tegas AHY.
Kuliah umum ini tidak hanya menjadi sesi seremonial, tetapi juga momen penting membangun kesadaran kolektif bagi mahasiswa ITS agar ikut berkontribusi mewujudkan Indonesia Emas 2045.
“Kalian adalah bagian dari sejarah itu. Siapa tahu, di antara kalian ada yang kelak menjadi menteri, gubernur, bahkan presiden,” pungkas AHY. (*)