KETIK, AGAM – Kasus dugaan keracunan makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Agam terus meluas. Data resmi Dinas Kominfo Agam per Rabu malam, 1 Oktober 2025 pukul 21.00 WIB, mencatat sebanyak 86 orang terindikasi keracunan.
Korban terdiri dari 6 guru, 2 orang tua murid, 57 siswa, serta 21 orang lain yang masih dalam pendataan. Kondisi ini menimbulkan keprihatinan luas karena sebagian besar korban adalah pelajar penerima manfaat program MBG.
Pemerintah Kabupaten Agam bergerak cepat dengan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Salah satu langkah yang diambil adalah menghentikan sementara aktivitas dapur Sentra Penyedia Pangan Gizi (SPPG) di Kampuang Tangah, Lubukbasung, yang menjadi titik produksi menu MBG.
Diketahui dapur tersebut dikelola Yayasan Peduli Karakter Anak bekerja sama dengan Badan Gizi Nasional serta BUMNag Bersama Antokan Jaya.
“Untuk sementara operasional dapur SPPG Kampuang Tangah kita hentikan sampai hasil pemeriksaan laboratorium keluar dan penanganan tuntas dilakukan,” tegas Bupati Agam, Beni Warlis, usai rapat bersama Forkopimda.
Para korban kini ditangani di empat fasilitas kesehatan, yaitu RSUD Lubukbasung, RSIA Rizky Bunda, Puskesmas Lubukbasung, dan Puskesmas Manggopoh. Pemkab Agam juga mengimbau masyarakat segera melapor jika muncul gejala serupa agar bisa cepat ditangani.
Informasi awal menyebut dugaan keracunan dipicu menu nasi goreng yang diproduksi dapur SPPG Kampuang Tangah. Dapur ini diketahui melayani lebih dari 3.500 penerima manfaat di 57 sekolah, mulai dari PAUD hingga SMA.
Bupati bersama jajaran Pemkab Agam bahkan turun langsung meninjau kondisi para korban, termasuk di Puskesmas Manggopoh yang merawat jumlah pasien terbanyak. Sementara tim gabungan tengah menelusuri penyebab pasti kasus tersebut.
Peristiwa di Agam menambah panjang daftar keracunan massal dalam program MBG. Kasus serupa sebelumnya terjadi di Cianjur dengan 78 korban, di Garut dengan 194 pelajar, di Batang sekitar 60 siswa.
Kemudian di Bombana dengan 13 siswa, hingga di Banggai Kepulauan yang mencatat 314 korban. Secara nasional, sejak Januari hingga September 2025, lebih dari 5.600 orang di 17 provinsi dilaporkan terlibat dalam kasus keracunan MBG.
Fenomena berulang ini menjadi alarm bagi pemerintah pusat maupun daerah untuk memperketat pengawasan dapur penyedia makanan agar program bergizi gratis tidak justru mengancam keselamatan penerimanya.(*)