KETIK, BANTUL – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Projotamansari Kabupaten Bantul berkomitmen melakukan transformasi operasional dengan dua agenda utama: diversifikasi sumber air baku dan pencapaian Sertifikasi Keamanan Air Minum (SKAM).
Langkah ini ditempuh demi meningkatkan keandalan pasokan, kualitas air, dan mengurangi ketergantungan pada air tanah.
Direktur PDAM Bantul, Arinto Hendro Budiantoro, menjelaskan bahwa diversifikasi sumber air merupakan proyek strategis jangka menengah untuk mengatasi eksploitasi air tanah yang berlebihan di wilayah Bantul.
“Kami menargetkan pembangunan instalasi pengolahan air (IPA) baru yang bersumber dari air permukaan pada tahun 2027,” ujar Arinto, Jumat, 7 November 2025.
Diversifikasi Sumber Air Baku
Arinto merinci, PDAM Tirta Projotamansari Bantul akan membangun dua IPA baru dengan total debit air permukaan mencapai 230 liter per detik (l/detik). Kedua IPA ini memanfaatkan potensi sungai yang melintasi Bantul yakni:
IPA Kamijoro: Memanfaatkan air Sungai Progo dengan debit rencana sebesar 200 liter per detik.
IPA Jatimulyo, Dlingo: Memanfaatkan air Sungai Opak dengan debit rencana sebesar 30 liter per detik.
Penambahan kapasitas dari air permukaan ini diharapkan mampu menyeimbangkan eksploitasi air tanah sekaligus memperluas cakupan layanan PDAM.
Jaminan Kualitas Air Berstandar Nasional
Selain peningkatan kuantitas, PDAM Bantul juga fokus pada peningkatan kualitas melalui program SKAM yang mengacu pada standar nasional (PMK No. 2 Tahun 2023) dan internasional (ISO 22000/SNI 3553:2015).
Arinto menyebut, program ini adalah manifestasi komitmen pimpinan PDAM dalam menjamin keamanan air yang dikonsumsi masyarakat.
Ada enam tahapan terstruktur yang saat ini sedang dijalankan PDAM Bantul:
1. Komitmen Kelembagaan: Menetapkan komitmen pimpinan untuk mengikuti standar ketat dalam sistem keamanan air minum.
2. Analisis dan Pemetaan Risiko: Melakukan pemetaan seluruh proses, mulai dari sumber air baku hingga titik keran pelanggan. Analisis risiko kontaminasi (biologis, kimia, fisik) dilakukan pada setiap titik kritis.
3. Peningkatan Infrastruktur: Meningkatkan kualitas sarana pengolahan air (koagulasi, filtrasi, desinfeksi) dan menyediakan alat monitoring online (SCADA, sensor klorin dan kekeruhan) untuk kontrol kualitas real-time.
4. Validasi Kualitas Air: Pengambilan sampel dan pengujian rutin di laboratorium sesuai PMK No. 2 Tahun 2023, mencakup parameter mikrobiologi, kimia, dan fisika.
5. Sertifikasi Eksternal: Memilih Lembaga Sertifikasi terakreditasi KAN (seperti Labkesda atau BTKL) untuk memperoleh sertifikat ISO/SNI Keamanan Air Minum.
6. Edukasi Publik: Menampilkan hasil uji kualitas air secara transparan melalui website, media sosial, dan tagihan pelanggan sebagai bentuk akuntabilitas.
Efisiensi Energi hingga 20 Persen
Di sisi efisiensi operasional, Arinto juga menargetkan penurunan biaya operasional listrik PDAM Tirta Projotamansari.
“Target kami dalam tiga tahun ke depan adalah menurunkan biaya operasional listrik atau meningkatkan efisiensi energi sebesar 10 sampai 20 persen melalui pemasangan Variable Speed Drive (VSD) atau inverter di Instalasi Pengolahan Air (IPA),” pungkas Arinto.
Pemasangan VSD ini memungkinkan kinerja pompa air diatur sesuai kebutuhan, menghindari pemborosan energi. (*)
