KETIK, SURABAYA – Cahaya kerlap-kerlip yang kita lihat di pohon Natal hari ini bukan sekadar dekorasi, melainkan hasil dari persaingan teknologi, strategi pemasaran, dan evolusi keamanan selama lebih dari satu abad.
Semuanya bermula pada Desember 1880. Thomas Edison baru saja mematenkan bola lampu pijar setahun sebelumnya. Untuk mempromosikan penemuannya, ia tidak hanya memasang lampu di dalam ruangan, tetapi merangkai untaian bola lampu di sepanjang pagar laboratorium Menlo Park miliknya.
Awalnya, Edison berniat meletakkan lampu tersebut sedemikian rupa agar para penumpang kereta api yang menempuh perjalanan antara New York dan Philadelphia bisa melihat "keajaiban" tersebut dari jendela mereka, dan tidak bermaksud agar lampu itu menjadi hiasan pohon natal.
Hingga pada 22 Desember 1882, Edward H. Johnson, wakil presiden perusahaan milik Edison menghias pohon natal di rumahnya di East 36th Street, New Yorok.
Ia tidak hanya melilitkan 80 bola lampu seukuran kenari, tetapi juga menghubungkannya dengan sebuah dinamo. Johnson menaruh pohon tersebut di atas sebuah kotak kayu yang berputar. Jadi, selagi lampu menyala, pohon itu berputar setiap beberapa detik. Ini adalah pencapaian teknik yang luar biasa rumit untuk zaman di mana kabel harus disambung satu per satu secara manual dengan tangan.
Ide cemerlang ini butuh waktu yang sangat lama untuk tersebar ke seluruh dunia. Bagaimana tidak, hingga tahun 1890-an, banyak kota belum memiliki jaringan listrik. Selain itu, menyewa teknisi listrik untuk memasang lampu Natal bisa memakan biaya setara gaji buruh selama beberapa bulan.
Tradisi ini mendapat dorongan besar pada tahun 1895, ketika Presiden Grover Cleveland meminta pohon Natal di Gedung Putih dihiasi dengan lampu listrik berwarna-warni. Foto-foto pohon tersebut menyebar dan memicu minat masyarakat kelas atas untuk meniru gaya hidup sang Presiden.
Lonjakan besar terjadi pada 1903. Sebelum tahun ini, Anda harus membeli bola lampu, soket, dan kabel secara terpisah, lalu merangkainya sendiri yang membuat risiko korsleting bagi para konsumen sangat tinggi.
Perusahaan General Electric (GE) kemudian merilis kit "Festoon" pertama yang sudah terakit. Kit ini terdiri dari delapan lampu berwarna yang sudah terpasang pada kabel dengan colokan.
Meski harganya masih dianggap mewah (sekitar $12), ini adalah pertama kalinya lampu Natal dijual sebagai produk konsumen massal.
Pada 1917, inovasi keamanan untuk lampu natal berkembang lagi dari tangan Albert Sadacca, seorang remaja yang keluarganya memiliki bisnis pencahayaan.
Setelah terjadi kebakaran hebat akibat lilin di sebuah rumah di New York, Sadacca mengusulkan agar perusahaannya menjual rangkaian lampu Natal yang dicat warna cerah dengan standar keamanan yang lebih baik. Perusahaan Sadacca nantinya menjadi NOMA Electric Co., yang mendominasi pasar lampu Natal dunia selama puluhan tahun.
Kini, setelah menempuh perjalanan panjang dari laboratorium Edison hingga ke ruang tamu kita, lampu Natal listrik telah resmi menjadi tradisi global selama lebih dari 143 tahun. Apa yang dimulai sebagai demonstrasi teknis yang rumit kini telah bertransformasi menjadi ritual musim liburan yang tak tergantikan, menyinari malam di berbagai belahan dunia dengan semangat inovasi yang tetap menyala hingga hari ini. (*)
