KETIK, JAKARTA – Di Denmark, pergantian tahun bukan sekadar pesta kembang api yang riuh. Ia adalah sebuah koreografi tradisi yang memadukan kesakralan negara, adrenalin fisik, hingga bukti nyata dari sebuah persahabatan melalui tumpukan keramik.
Tepat pada pukul 18.00 waktu setempat, Denmark sejenak menjadi sunyi. Kebisingan kota mereda saat warga berkumpul dengan khidmat di depan televisi atau radio. Selama puluhan tahun, mendengarkan Pidato Tahun Baru dari Pemimpin Monarki adalah ritual wajib.
Ini adalah momen refleksi nasional yang menyatukan seluruh elemen masyarakat sebelum mereka melebur dalam kemeriahan pesta malam hari.
Saat jarum jam mulai mendekati angka dua belas, pemandangan unik akan terlihat di dalam rumah-rumah. Bukannya berdiri di lantai, warga Denmark justru akan memanjat kursi atau sofa. Di atas sana, mereka menunggu detik-detik countdown dengan penuh semangat.
Tepat saat jam berdentang pukul 00.00, mereka akan melompat bersama-sama ke lantai dengan penuh energi.
Gerakan simbolis ini secara harfiah dimaknai sebagai upaya "melompat ke tahun yang baru" agar kaki mereka tidak menyentuh tanah saat pergantian tahun sebuah cara tradisional untuk memastikan nasib buruk atau roh jahat di tahun lama tidak bisa mengikuti jejak mereka.
Setelah mendarat di tahun yang baru, lidah mereka akan dimanjakan oleh Kransekage. Ini bukan sekadar kue biasa, melainkan menara megah berbentuk kerucut yang terdiri dari cincin-cincin marzipan kenyal yang disusun bertingkat.
Dihiasi dengan bendera Denmark kecil dan disajikan bersama denting gelas sampanye, rasa manis dari kue ini menjadi doa agar tahun yang baru dipenuhi dengan kemakmuran dan kebahagiaan.
Keunikan yang paling mencolok terjadi di luar rumah melalui tradisi "Smashed Plates".
Sepanjang tahun, warga Denmark sengaja menyimpan piring, gelas, atau mangkuk yang sudah retak untuk "dihadiahkan" pada malam tahun baru. Mereka berkeliling dan melemparkan keramik-keramik tersebut ke pintu depan rumah orang-orang yang mereka sayangi.
Pagi harinya pada 1 Januari, hal pertama yang dilakukan pemilik rumah adalah membuka pintu dan memeriksa teras mereka.
Alih-alih marah melihat sampah keramik, mereka justru akan merasa bangga. Semakin banyak tumpukan pecahan piring di depan pintu, semakin populer dan dicintainya mereka.
Pecahan itu adalah bukti fisik dari lingkaran persahabatan yang kuat yang akan menemani mereka sepanjang tahun ke depan.(*)
