KETIK, MOJOKERTO – Yayasan Resilien Nusantara (Yaren) resmi melangkah ke panggung nasional lewat kiprahnya di ajang Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Nasional 2025 di Kota Mojokerto yang berlangsung selama 1 hingga 3 Oktober 2025.
Tidak sekadar hadir, Yaren langsung “tancap gas” dengan menginisiasi pemetaan ekosistem SPAB (Satuan Pendidikan Aman Bencana) sebagai pintu awal kolaborasi lintas sektor untuk tahun program 2025/2026.
Langkah strategis ini menjadi debut Yaren di ranah publik, sekaligus kontribusi konkret dalam memperkuat fondasi sekolah-sekolah aman bencana di Indonesia.
Dua aktivis andal Yaren, Diva Widyaningtyas, S.Psi, M.Psi dan Imrotul Ummah, S.Si, M.Pd, memimpin langsung tim lapangan yang melakukan observasi intensif, wawancara terstruktur, hingga pengumpulan data dari para pelaksana program SPAB yang hadir di lokasi.
“Kami memulai dari data dan dialog, dengan memetakan siapa melakukan apa, di mana, dan dengan sumber daya apa, kolaborasi bisa dirancang lebih tajam, tepat sasaran, dan akuntabel,” ujar Diva saat ditemui di arena pameran PRB 2025, Jumat, 3 Oktober 2025.
Diva saat berkunjung di stan Seknas SPAB di pameran Bulan PRB 2025. (foto: Sutejo/Ketik)
Pemetaan yang dilakukan Yaren mencakup seluruh elemen penting dalam ekosistem SPAB, mulai dari pelaksana kegiatan seperti ToT/TOF dan implementor lapangan, jejaring evaluator dan pemberi penghargaan, hingga penyedia konten edukatif.
Tak berhenti di situ, Yaren juga menelusuri berbagai kanal pendanaan, baik APBN, APBD, CSR, donor, maupun swadaya masyarakat, untuk melihat peluang kolaborasi yang dapat dimanfaatkan secara maksimal.
“Target jangka pendek kami adalah menyusun daftar mitra prioritas untuk ditindaklanjuti pasca-PRB. Kami membuka ruang selebar-lebarnya bagi organisasi yang ingin berkolaborasi di jalur SPAB, mulai dari konten edukasi, pelatihan ToT atau TOF, sampai dukungan pendanaan,” imbuh Diva.
Imrotul saat menggali data di stand pameran BPBD Kabupaten Pacitan. (foto: Sutejo/Ketik)
Imrotul atau yang akrab disapa Ima menambahkan, seluruh proses analisa dilakukan secara agregat dan beretika. “Kami tidak bermaksud membandingkan lembaga atau menjatuhkan pihak mana pun. Analisa kompetitor semata-mata untuk membaca kekuatan ekosistem dan memetakan peluang sinergi,” jelasnya.
Dalam waktu dekat, Yaren berencana mengundang sejumlah pihak kunci seperti Dinas Pendidikan, BNPB, BPBD, NGO, lembaga filantropi, hingga korporasi CSR untuk duduk bersama, berbagi data program SPAB yang sudah berjalan, sekaligus menjajaki potensi kolaborasi baru untuk periode 2025/2026.
Rencana bersama tersebut akan dilengkapi indikator hasil yang jelas, terukur, dan berdampak langsung bagi sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Sebagai informasi, Yayasan Resilien Nusantara merupakan lembaga nirlaba yang fokus pada edukasi kebencanaan, inklusi sosial, dan penguatan kapasitas komunitas. Perannya sebagai penghubung multipihak.
Yaren tidak hanya merancang program, tetapi juga menyatukan berbagai sumber daya agar pendidikan kebencanaan di Indonesia semakin kuat, terintegrasi, dan memberi manfaat nyata bagi dunia pendidikan. (*)