KETIK, MALANG – Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat telah mengunjungi MSA, santri asal Kedungkandang yang menjadi korban runtuhnya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo. Melihat kondisi santri tersebut, Pemkot Malang akan menanggung biaya pengobatan dan penyembuhannya.
Wahyu menjelaskan, MSA mengalami luka akibat terkena hantaman batu. Usai kejadian, MSA mendapatkan perawatan hingga Jumat, 3 Oktober 2025 kemarin di RS Mojokerto.
"Semua kita biayai dan kami sampaikan ke orang tua bahwa terkait penyembuhan dan trauma ditanggung Pemkot Malang," ujarnya, Senin 6 Oktober 2025.
Wahyu menjelaskan MSA masih merasa trauma akibat musibah tersebut. MSA belum dapat merespon ketika diajak bicara. Terlebih masih ada teman-teman dekatnya yang belum dapat dihubungi.
"Saya tanya tidak menjawab karena posisinya saat itu dia lari karena di pintu dan sempat terkena tembok. Gak bisa diajak ngomong, trauma dengan kejadian. Teman satu kamarnya kadang kala jamaah bersama ini gak ada kabarnya sama sekali," jelasnya.
Wahyu meminta Dinsos P3AP2KB Kota Malang untuk mendampingi penanganan trauma. Termasuk kontrol yang kini dialihkan ke RSUD Kota Malang.
"Harusnya ke Mojokerto. Tapi saya minta ke RSUD Kota Malang agar tidak usah ke sana biar ambulan yang datang. Saya minta RSUD datang jemput dan kontrol karena kita punya ahli bedah, itu gratis," tegasnya.
Dari pendataan, terdapat 7 santri dari Kota Malang yang menjadi korban musibah tersebut. Di antaranya 5 santri mengalami luka ringan, 1 santri luka berat dan telah mendapat penanganan, 1 santri selamat tanpa luka.
Pendataan pun terus dilakukan, menyusul proses pencarian para santri yang hingga kini masih dilakukan. Wahyu menjelaskan, hingga kini tidak ada korban meninggal dari Kota Malang.
"Ada 2 santri saat ini kembali karena dia pengurus di pesantren. Fasilitas penanganan untuk 1 anak karena yang lain sudah sembuh. Ditangani oleh RS Mojokerto yang luka lecet itu sudah sembuh dan sudah beraktivitas. Tinggal menunggu kabar dari ponpes kapan kembali," katanya.