Unik! Pagelaran Wayang Siang Hari Warnai Tradisi Bersih Desa Pasirharjo Kabupaten Blitar

10 November 2025 15:25 10 Nov 2025 15:25

Thumbnail Unik! Pagelaran Wayang Siang Hari Warnai Tradisi Bersih Desa Pasirharjo Kabupaten Blitar
Kepala Desa Pasirharjo, Chusana Churori, saat memberi sambutan di acara pagelaran wayang kulit bersih desa, Senin 10 November 2025. (Foto: Favan/Ketik.com)

KETIK, BLITAR – Ada yang berbeda dalam peringatan tradisi Bersih Desa di Desa Pasirharjo, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar tahun ini. Jika biasanya pagelaran wayang kulit digelar malam hari, kali ini masyarakat setempat justru menggelarnya sejak pagi hingga sore hari.

Acara sakral yang berlangsung pada Senin, 10 November 2025, di Balai Desa Pasirharjo itu menjadi magnet tersendiri bagi warga yang ingin turut ngalap berkah dan melestarikan budaya leluhur.

Dengan mengusung tema “Semoga Desa Pasirharjo Selalu Bertoleransi, Berkeadilan, Demokratis, Berkualitas, Aman & Tenteram,” kegiatan tersebut dihadiri ratusan warga dari berbagai dusun.

Sejak pukul 10.00 WIB, suara gamelan berpadu dengan tabuhan kendang, mengiringi dalang yang memainkan lakon penuh pesan moral hingga pukul 16.00 WIB.

Kepala Desa Pasirharjo, Chusana Churori, mengatakan bahwa Bersih Desa bukan sekadar seremonial tahunan, melainkan wujud rasa syukur masyarakat atas limpahan rezeki dan keselamatan.

“Alhamdulillah, hari ini kita semua masih mendapat berkah sehat, sehingga bisa hadir bersama masyarakat di acara bersih desa ini. Untuk itu, marilah kita syukuri dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah Swt,” ujar Chusana dalam sambutannya.

Ia menambahkan, pelaksanaan Bersih Desa Pasirharjo setiap tahunnya selalu bertepatan dengan hari jadi desa pada 10 November. “Kegiatan diakhiri dengan doa bersama dan kenduri sebagai simbol kebersamaan dan permohonan keselamatan,” jelasnya.

Namun, yang paling menarik perhatian warga adalah pelaksanaan ruwatan yang menyertai pagelaran wayang kulit tersebut. Dalam tradisi Jawa, ruwatan dipercaya mampu membersihkan diri dan lingkungan dari energi negatif atau bala.

“Ini memang kegiatan ruwatan bersih desa yang tidak sama seperti pagelaran wayang pada umumnya yang malam hari. Kita pilih waktu siang agar semua warga bisa ikut menyaksikan dan ikut berpartisipasi,” terang Chusana.

Selain ruwatan, kegiatan dilanjutkan dengan ritual penaburan bunga di beberapa titik jalan raya yang sering terjadi kecelakaan lalu lintas. Aksi simbolik ini diharapkan dapat menghilangkan sengkolo atau kesialan yang kerap menimpa pengguna jalan.

“Yang diruwat itu macam-macam, ada masyarakat yang ikut diruwat untuk menghilangkan sukertoatau sengkolo. Ada juga nanti penaburan bunga di titik-titik jalan raya yang sering terjadi laka lantas, karena di Pasirharjo sendiri dilewati jalan protokol provinsi yang rawan kecelakaan,” pungkasnya.

Tradisi Bersih Desa di Pasirharjo menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat pedesaan di Blitar masih menjaga kearifan lokal di tengah modernisasi. Lebih dari sekadar ritual, kegiatan ini menjadi wadah mempererat solidaritas sosial, menjaga harmoni antarwarga, sekaligus melestarikan seni tradisi yang semakin jarang digelar di siang hari.

Bagi warga Pasirharjo, Bersih Desa bukan hanya ritual adat, tetapi juga bentuk penghormatan kepada leluhur dan alam yang selama ini memberi kehidupan. Sebuah pesan sederhana namun sarat makna bahwa kemajuan tak boleh membuat masyarakat melupakan akar budayanya sendiri.(*)

Tombol Google News

Tags:

Pasirharjo Wayang Kulit Siang Ruwat DESA Bersih desa Blitar Kabupaten Blitar