KETIK, LOMBOK TENGAH – Tradisi kearifan lokal Betabeq digelar MGPA untuk mendoakan kelancaran jalannya persiapan MotoGP Indonesia di sirkuit Mandalika 3-5 Oktober 2025.
Prosesi Betabeq adalah sebuah tradisi adat Lombok yang sarat makna, dengan tujuan meminta izin sekaligus doa restu dari tokoh agama, tokoh masyarakat, serta masyarakat sekitar agar ajang Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025 berjalan lancar dan sukses.
Tradisi betabeq memiliki filosofi mendalam bagi masyarakat Lombok. Ia merupakan bentuk penghormatan dan pengakuan terhadap eksistensi masyarakat lokal, serta wujud sinergi antara penyelenggara event dengan budaya setempat. Dalam setiap hajatan besar, betabeq bukan sekadar seremoni, melainkan ikatan sosial yang mempererat hubungan antara pihak penyelenggara dengan warga yang menjadi tuan rumah.
Acara yang berlangsung khidmat itu dihadiri oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat, Lalu Muhammad Iqbal, Chairman Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025 Troy Reza Warokka, Direktur Utama Mandalika Grand Prix Association (MGPA) Priandhi Satria, General Manager The Mandalika Agus Setiawan, Head Operation & Service The Mandalika ITDC Pari Wijaya, jajaran Injourney Tourism Development Corporation (ITDC), jajaran MGPA, para ulama di kawasan KEK Mandalika, hingga tokoh masyarakat sekitar.
Gubernur NTB: Tradisi sebagai Identitas dan Kehormatan
Dalam sambutannya, Gubernur NTB Lalu Muhammad Iqbal menegaskan bahwa kehadiran tradisi betabeq dalam penyelenggaraan MotoGP bukan hanya bentuk simbolik, melainkan sebuah kehormatan yang meneguhkan identitas budaya daerah.
“MotoGP di Mandalika adalah ajang dunia, tetapi kita tidak boleh melepaskan akar budaya kita. Dengan betabeq, kita menunjukkan kepada dunia bahwa Lombok memiliki tradisi luhur, penuh makna, dan selalu mengutamakan kebersamaan. Kami berharap doa restu dari para ulama dan masyarakat dapat mengiringi suksesnya Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025. Ini juga menjadi pesan bahwa pembangunan pariwisata di NTB senantiasa berpijak pada nilai-nilai kearifan lokal,” ujarnya.
Chairman MotoGP Mandalika 2025: Simbol Harmoni Global dan Lokal
Sementara itu, Chairman Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025, Troy Reza Warokka, menilai prosesi betabeq sebagai sebuah nilai tambah yang membedakan MotoGP Mandalika dengan seri balap lain di dunia.
“MotoGP adalah ajang global yang ditonton jutaan pasang mata, tetapi di Mandalika kita punya sesuatu yang lebih, yakni budaya dan tradisi. Betabeq menjadi simbol harmoni antara dunia internasional dengan masyarakat lokal. Kami ingin memastikan bahwa setiap langkah persiapan bukan hanya soal teknis balap, tapi juga tentang penghormatan pada nilai-nilai yang hidup di masyarakat. Inilah yang membuat Mandalika istimewa di mata dunia,” ungkap Troy.
Ia juga menambahkan bahwa integrasi budaya dengan event internasional akan memperkuat citra Mandalika sebagai destinasi sport tourism yang unik dan bernilai tinggi.
Direktur Utama MGPA: Wujud Komitmen Menyatu dengan Masyarakat
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama MGPA Priandhi Satria menekankan bahwa prosesi betabeq merupakan bukti komitmen MGPA dalam menyelenggarakan event besar dengan selalu melibatkan masyarakat.
“MGPA berkomitmen agar MotoGP Mandalika bukan hanya milik penyelenggara atau pemerintah, melainkan milik masyarakat Lombok dan NTB secara keseluruhan. Tradisi betabeq ini adalah bentuk penghormatan kami kepada masyarakat, karena kami percaya tanpa dukungan dan doa restu mereka, tidak mungkin perhelatan sebesar MotoGP dapat berjalan lancar. Dengan ini, kami ingin menunjukkan bahwa MotoGP di Mandalika bukan hanya tentang balapan, tetapi juga tentang kebersamaan, doa, dan budaya,” kata Priandhi. (*)