KETIK, MALANG – Ketua Kelompok Petani 'Maju Bersama', Utomo, membeber biang di balik anjloknya jumlah produksi apel di Kota Batu. Ia menyebut, ada beberapa hal yang membuat tanaman simbol Kota Batu ini tak lagi moncer.
Utomo menyebut, pohon apel di Kota Batu sempat diserang oleh hama kutu sisik. Setelah serangan hama ini mereda, giliran lalat buah menyerbu tanaman apel di Kota Batu.
Belum lagi pulih dari serbuan lalat buah, giliran kondisi pasar yang tak mendukung. Biaya produksi sangat tinggi, sementara harga jual sangat murah.
"Ini membuat teman-teman petani apel oleng. Sebagian memilih untuk berpindah haluan menanam jeruk atau sayur," kata Utomo, kepada Ketik.com, Senin, 8 Desember 2012.
Jumlah pohon apel di Kota Batu terus menurun sejak 2019 lalu. Waktu itu, jumlah pohon apel di Kota Batu mencapai lebih dari 2,1 juta batang pohon.
Setahun berselang, jumlah pohon apel di Kota Batu berkurang lebih dari sejuta batang pohon, hingga tinggal sekitar 1,1 juta batang pohon.
Saat ini, di wilayah Kota Batu tinggal terdapat sekitar 888 ribu batang pohon apel.
Menyusutnya jumlah pohon apel ini diikuti dengan jebloknya juga tingkat produksi apel Kota Batu. Pada 2024, tingkat produksi apel Kota Batu tinggal 140.285 kuintal. Padahal, pada 2019, tingkat produksi apel mencapai 505.252 kuintal.
Selain itu, Utomo juga menyoroti kondisi tanah yang tak lagi optimal dalam menyokong kehidupan apel Batu. Menurut pria 65 tahun tersebut, kondisi tanah sudah jenuh terpapar bahan-bahan kimia, termasuk pupuk dan obat-obatan yang biasa diberikan.
"Bahan-bahan kimia ini membuat tanah jadi rusak," tandasnya.
