KETIK, SURABAYA – Museum WR Soepratman, bangunan bersejarah yang menjadi saksi bisu kehidupan dan wafatnya sang pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Museum ini diresmikan pada 10 November 2018 di Jalan Mangga Surabaya, merupakan sarana edukasi nilai-nilai sejarah, khususnya terkait perjalanan hidup W.R. Soepratman dan Indonesia Raya.
Koleksi yang dipamerkan meliputi replika biola, naskah lagu ciptaannya, hingga foto-foto dokumentasi perjuangan sang komponis.
Lokasi ini dipilih karena Sang Maestro pernah tinggal di rumah tersebut, yang juga menjadi saksi bisu hari-hari terakhirnya sebelum wafat di Kota Pahlawan.
“Beliau pernah tinggal di sini, dan tempat ini juga menjadi saksi hari-hari terakhirnya. Karena bangunan lain sudah berubah atau berganti kepemilikan, akhirnya rumah ini dijadikan museum,” ujar Pengelola Museum, Achmad Syaifuna Arief.
Ruangan sejarah W.R. Soepratman terlihat kosong dan sunyi tidak ada pengunjung (Foto: Rina/Ketik)
Sementara itu, pelestarian sejarah di tengah menurunnya minat generasi muda, serta menghadapi beredarnya narasi keliru terkait pencipta lagu Indonesia Raya merupakan permasalahan utama yang dihadapi para pengelola museum.
Meskipun demikian, Museum W.R. Soepratman tetap menjadi simbol semangat nasionalisme dan saksi bisu perjalanan bangsa yang patut dijaga keberadaannya.
Tercatat, di museum yang terletak di dekat Stadion Gelora 10 Nopember tersebut hanya menerima sekitar 10 hingga 15 pengunjung per hari. Kondisi ini mencerminkan rendahnya minat masyarakat untuk mengunjungi destinasi wisata sejarah tersebut.
Berdasarkan pantauan Ketik pada Selasa, 12 Agustus 2025, suasana museum tampak sunyi dan minim aktivitas. Hanya terdapat tiga orang pengelola museum yang berjaga menyambut pengunjung.
Bahkan, mendekati hari Kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini, total pengunjung harian terpantau tidak ada peningkatan signifikan.
“Rata-rata pengunjungnya 10-15 orang per hari,” ucap dia.
Arief menambahkan, pihak museum berusaha mengemas materi edukasi secara menarik dengan berbagai cara, salah satunya menyanyikan lagu ciptaan W.R. Soepratman agar pengunjung tidak hanya datang melihat bangunan, tetapi juga mendapatkan pengetahuan serta pengalaman berharga.
“Kami ingin setiap pengunjung pulang dengan kesan positif, membawa pengetahuan baru tentang sejarah bangsa,” tutur dia. (*)