Sawung Dance Festival 2025, Ajang Seniman Tari Kontemporer Tampilkan Karya Terbaik

21 September 2025 22:10 21 Sep 2025 22:10

Thumbnail Sawung Dance Festival 2025, Ajang Seniman Tari Kontemporer Tampilkan Karya Terbaik
Sawung Dance Festival 2025 yang berlangsung di Gedung Cak Durasim, Surabaya. (Foto: Panitia Sawung Dance Festival)

KETIK, SURABAYA – Festival seni Sawung Dance Festival 2025 baru saja berakhir di Gedung Kesenian Cak Durasim, Surabaya, mulai tanggal 19-20 September 2025 kemarin.

Acara tersebut merupakan ajang titik temu seniman tari kontemporer yang menggunakan tubuh untuk menggungah kesadaran kolektif, menjelajahi batas antara stabilitas dan kehancuran, keintiman, dan keterasingan, diam dan ledakan.

Direktur Sawung Dance, Sekar Alit mengatakan, tema festival yang telah berlangsung ke-6 kalinya sejak pertama digelar pada 2015 adalah 'Tremor, Bodies at the Edge of the Chains'.

"Kami ingin menunjukkan bagaimana tubuh menjadi medan yang paling jujur dalam merespons gejolak sosial, politik, maupun ekologis yang terjadi di sekitar kita," katanya, Sabtu, 20 September 2025.

Lanjutnya, Sawung Dance Festival yang selama ini konsisten menjadi ruang ekspresi untuk koreografi muda, di Jawa Timur. Pada tahun 2025, festival menghadirkan program unggulan, seperti karya bertumbuh, main performance, dan residensi reset artistik.

Tiga program tersebut banyak diminati oleh koreografer muda. Pertama program karya bertumbuh, yang diikuti empat orang.

Keempat orang ini merupakan koreografer muda, mereka adalah Adam Mustofa asal Ponorogo, Angga I Tirta asal Surabaya, Mistahul Jannah asal Banyuwangi, dan Nia Anggraini asal Surabaya.

Mereka berempat juga sedang menjalani residensi dan pendampingan artistik bersama koreografer internasional asal Jawa Timur, Hari Gulur. 

Selain itu, festival juga menampilkan Main Performance dari koreografer senior asal Jakarta, Hartati, dalam format lecture performance, serta Ari Ersandi, koreografer asal Lampung. Keduanya turut membuka kelas workshop untuk berbagi pengalaman artistik kepada generasi muda.

Program lain, Residensi Reset Artistik, mempertemukan praktisi seni dari Surabaya, Madiun, Malang, hingga Tulungagung.

Mereka menelaah praktik artistik di festival, lalu mengaitkannya dengan pengalaman lokal masing-masing. Hasilnya diharapkan menjadi bekal untuk memperkuat proses seni di komunitas mereka. (*)

Tombol Google News

Tags:

Sawung Dance cak Durasim SENI pameran seni Surabaya