Rapor merah pencapaian Trenggalek di dua edisi Porprov Jatim tentu masih hangat diingatan publik pecinta olahraga. Tak terkecuali menjadi juru kunci di Porprov 2025. Ini seharusnya tidak boleh terjadi jika melihat talenta-talenta berbakat yang ada di Trenggalek. Sehingga, banyak spekulasi yang muncul dan mencari biang kerok atas anjloknya prestasi tersebut.
Mulai dari minimnya anggaran, persiapan yang kurang maksimal, serta ada beberapa atlet yang sebelumnya menyumbang medali saat Porprov tidak bisa tampil. Alhasil, harapan masyarakat Trenggalek pun tak terpenuhi. Atau tepatnya, me jadi juru kunci adalah sesuatu yang menyakitkan dan memalukan. Sayang dan sungguh sayang sekali.
Secara umum, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) adalah yang paling bertanggung jawab atas terjerembabnya kontingen Trenggalek menjadi juru kunci. Selain menjadi induk cabang olahraga (cabor) KONI punya tanggung jawab moral atas berhasil dan tidaknya para atlet, baik dikancah regional, nasional , kalau perlu ditingkat internasional.
Perlu Reformasi dan Inovasi
Walaupun bukan jaminan mutlak, tapi suasana baru dan rencana baru akan menjadikan warna baru tentu akan jadi pembeda dalam mengemban tugas bagi jajaran pengurus. Setidaknya dengan hadirnya figur yang berpengalaman dan memiliki jam terbang serta memiliki dedikasi tinggi memajukan olahraga Trenggalek. Pun demikian juga dengan etos kerjanya.
Tak hanya itu, figur yang akan menjadi skuad inti di KONI Trenggalek paling tidak mereka-mereka yang paham akan dunia olahraga. Dengan asumsi, bisa lebih membidangi secara detail. Sehingga, bukan hanya di top leader nya saja tapi juga di jajaran pengurus.
Butuh Figur Petarung dan Punya Jejaring
Diakui atau tidak untuk mencari figur petarung untuk menahkodai KONI Trenggalek bukanlah persoalan mudah. Sosok petarung tentu akan indentik dengan istilah berani. Namun berani yang dimaksud bukan asal berani tapi berani beda. Bahkan dalam mengambil sebuah keputusan dan tidak dibawah bayang-bayang. Apalagi bayang-bayang non tehnis.
Tentu ini akan menjadi tolak ukur seorang pemimpin disaat harus mengeluarkan sebuah kebijakan. Sekaligus akan menjadi tantangan dan ujian agar segala sesuatunya bisa berjalan dengan mulus dengan mengedepankan regulasi yang berlaku.
Seorang leader juga harus punya jaringan yang kuat baik ditingkat regional ataupun tingkat nasional. Ini dimaksudkan untuk menjalin komunikasi, baik terkait hal formal ataupun non formal agar bisa menjaga kesinambungan. Pendeknya tidak ketinggalan informasi dan teknologi jika ada hal baru yang belum sempat terwadai.
Hadirnya Anak-anak Muda di KONI Trenggalek
Meskipun tidak harus menjadi top leader, kehadiran anak-anak muda dijajaran pengurus sangatlah diperlukan. Tentunya dengan kapasitas yang mumpuni. Termasuk mereka yang memilki mobilitas dan etos kerja tinggi. Artinya tidak hanya sekedar muda tapi tidak punya kapasitas dalam mengemban tugas.
Kehadiran anak-anak muda tentu akan menjadi kolaborasi yang menarik dan akan menjadi warna baru dalam rangka mengembalikan kejayaan Trenggalek dibidang olahraga termasuk menjaga marwah Trenggalek gudangnya atlet.
Tidak bisa dipungkiri jika di Trenggalek banyak anak-anak muda berbakat khususnya dibidang olahraga, tinggal bagaimana follow up nya untuk menjadikan yang terbaik. Tak sedikit atlet-atlet Trenggalek yang menjadi tulang punggung Jawa Timur di even nasional, bahkan ada yang menjadi wakil Indonesia di even internasional.
*) Agus Riyanto merupakan jurnalis senior Ketik dan pecinta olahraga
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)