KETIK, MALANG – Hanya dalam dua hari, Nur Diana Kholidah memborong dua gelar bergengsi di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, sarjana Pendidikan Agama Islam (PAI) dan penghafal Al-Qur'an 30 juz. Kisah sukses mahasiswi yang awalnya diragukan orang tuanya ini membuktikan bahwa istiqomah adalah kunci menyeimbangkan ilmu dunia dan akhirat.
Diana, sapaannya, melaksanakan Wisuda Tahfidz yang diselenggarakan oleh Hai’ah Tahfizh Al-Qur’an (HTQ) UIN Malang pada Jumat, 26 September 2025. Sehari kemudian, Sabtu, 27 September 2025, namanya tercantum dalam daftar wisudawan sarjana periode keempat di aula Sport Center UIN Malang.
"Perasaan saya pastinya senang dan bersyukur bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu," ungkap Diana, putri dari pasangan Zainal Alim dan Ulfa Yuliatin.
Perjalanan akademik Diana tidak mudah. Ia harus membagi waktu antara kuliah, berorganisasi di IPPNU, dan menyelesaikan skripsi, sembari tetap menjaga hafalan Al-Qur'an.
“Perjalanan ini bukanlah hal yang mudah, apalagi harus membagi waktu antara kuliah, organisasi, dan menyusun skripsi,” tambahnya.
Keberhasilan Diana juga disambut bangga oleh Pengasuh Rumah Tahfidz Maftuhiyyah, tempat Diana tinggal selama kuliah, Manzilur Rahman Romadhon, S.Kom.
Pengasuh Rumah Tahfidz Maftuhiyyah, Manzilur Rahman Romadhon, S.Kom., juga menyatakan kebanggaannya atas keberhasilan santrinya tersebut.
"Alhamdulillah, salah satu dari wisudawan tahfidz ini, besok ada juga yang melaksanakan wisuda S1," ujar Manzilur Rahman saat wisuda HTQ yang berlangsung di Aula Gedung C UIN Malang.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Dr. Mohammad Walid, M.A., turut memberikan apresiasi atas pencapaian non-akademik Diana sebagai wisudawan terbaik penghafal 30 juz.
Sebagai lulusan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Asy-Syadzili 4 Gondanglegi, Diana mengaku sempat kesulitan beradaptasi dengan lingkungan perkuliahan setelah tujuh tahun di pesantren, apalagi ia hanya menempuh pendidikan formal dengan program kesetaraan (paket) di tingkat SMP dan SMA. Ia juga sempat menghadapi tantangan berupa kurangnya dukungan orang tua terhadap keputusannya untuk kuliah.
"Awalnya mereka kurang setuju, namun setelah saya istikharah akhirnya menemukan jawaban dan saya semakin yakin," kata anak pertama dari empat bersaudara ini.
Menurut Diana, kunci dari semua pencapaiannya adalah istiqomah.
"Karena jika kita istiqomah menjaga Al-Qur’an maka urusan lainnya akan ikut lancar juga," tuturnya.
Ia juga mengaku bahwa menjaga hafalan Al-Qur'an dan mengerjakan skripsi memiliki tingkat kesulitan yang sama karena dikejar tenggat waktu (deadline).
“Soalnya kan dikejar deadline, terus ada juga bimbingan, dan kita masih punya kewajiban ngaji,” lanjutnya.
Diana mengungkapkan rasa syukurnya karena bisa berkuliah tanpa merepotkan orang tua berkat beasiswa teladan yang ia terima. Setelah pengabdian di salah satu pondok di Kediri, perempuan kelahiran Bululawang, Malang, ini berencana melanjutkan ke jenjang S2.
"Bersyukur sekali bisa masuk di sini dengan tanpa merepotkan orang tua karena saya mendapat beasiswa teladan. Di sini kan saya juga ingin mencari pengalaman di dunia perkuliahan,” pungkasnya.(*)