KETIK, SITUBONDO – Anak dan remaja dengan disabilitas termasuk yang pernah mengalami kusta dan down syndrome dalam praktiknya masih menghadapi berbagai hambatan struktural maupun sosial yang berdampak pada rendahnya akses terhadap layanan dasar, pendidikan, kesehatan, dan perlindungan.
Kondisi itu membuat Pelopor Peduli Disabilitas Situbondo (PPDiS) bersama Liliane Fonds dan NLR Indonesia menggelar FGD Pemetaan Aktor Relevan dan Pembentukan Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) yang berlangsung Room Jasmine Hotel Rosali Situbondo, Senin 1 Desember 2025.
“Liliane Fonds dan NLR Indonesia berkomitmen untuk menjawab persoalan tersebut melalui pendekatan yang bersifat strategis, kolaboratif, dan berbasis hak," jelas Luluk Ariyantiny, Ketua Yayasan Pelopor Peduli Disabilitas Situbondo.
"Kedua lembaga ini berupaya mendorong terciptanya kebijakan yang lebih inklusif dengan memperkuat kapasitas para pemangku kepentingan, memfasilitasi dialog kebijakan, serta mendorong penerapan prinsip-prinsip inklusi disabilitas dalam program pembangunan di tingkat nasional maupun daerah,” sambungnya.
Melalui program Building Effective Networks (BEN), sambung Luluk Ariyantiny, diharapkan dapat memperkuat kapasitas pemangku kepentingan di tingkat lokal, meningkatkan koordinasi multisektor, serta membuka ruang kolaborasi yang lebih luas dalam advokasi kebijakan inklusif.
“Dengan membangun jaringan yang efektif, program BEN mendorong agar isu disabilitas termasuk disabilitas terdampak kusta dan down syndrome masuk dalam agenda pembangunan daerah secara berkelanjutan. Sebagai mitra lokal, PPDiS ingin mengajak seluruh pihak terkait untuk mengikuti kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Pemetaan Aktor Relevan dan Pembentukan Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM),” ajak Luluk Ariyantiny.
Kegiatan FGD Pemetaan Aktor Relevan dan Pembentukan Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) ini merupakan bagian dari program Building Effective Networks (BEN), yang bertujuan untuk menggali persolan disabilitas serta menguji pemangku kepentingan sejauhmana keberpihakannya dalam pembentukan RBM di Kabupaten Situbondo.
“Dengan pendekatan kolaboratif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan diharapkan terbentuk RBM yang berkelanjutan,” harap Mbak Luluk, panggilan akrab Luluk Ariyantiny.
Kegiatan FGD Pemetaan Aktor Relevan dan Pembentukan Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat ini, sambung Mbak Luluk, berlangsung dua hari dari tanggal 1 hingga 2 Desember 2025 yang melibatkan pihak kecamatan, puskesmas, pers, forum anak, Fatayat NU, tokoh masyarakat, tokoh agama dan para pemangkung kepentingan tingkat kabupaten hingga tingkat kecamatan.
“Kehadiran berbagai pihak tersebut akan memberikan tambahan informasi dan data pendukung pembentukan Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat. Dalam FGD ini juga membahas tentang pemberdayaan disabilitas dan tidak melakukan diskriminasi kepada mereka. Oleh karena itu, seluruh pemangku kepentingan tidak melakukan stigma negatif dan harus mau berdampingan dengan disabilitas,” ujar Mbak Luluk.
Kolaborasi antara, pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas lainnya menjadi kunci penting terbentuknya RBM ini.
“Dengan terselenggaranya kegiatan FGD ini, PPDiS berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam mendorong rehabilitasi berbasis masyarakat yang lebih partisipatif, inklusif, dan berorientasi pada pemenuhan hak-hak disabilitas serta kelompok rentan lainnya,” pungkas Mbak Luluk. (*)
