KETIK, BLITAR – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Blitar menggelar diskusi bertajuk Kelas Bung Karno Ekonomi Berdikari. Kegiatan yang bersinergi dengan Badan Pengurus Cabang (BPC) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Blitar ini digelar Jumat, 25 Juli 2025.
Diskusi yang berlangsung di Balai Kesenian Istana Gebang ini mengusung materi utama “Konsepsi Ekonomi Berdikari”, “Swasembada Pangan”, dan “Perang Dagang Internasional”.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh puluhan mahasiswa, aktivis, anggota HIPMI Kota Blitar, kader GMNI, pegiat usaha, serta tokoh-tokoh masyarakat Kota Blitar. Acara ini bertujuan untuk merefleksikan nilai-nilai ekonomi kerakyatan yang digagas oleh Bung Karno sekaligus menjawab tantangan ekonomi global melalui pendekatan berdikari.
Dalam kesempatan itu, Vita Nerizza Permai, selaku pemateri utama, memaparkan pentingnya kembali pada konsep kemandirian ekonomi nasional sebagai landasan dalam membangun kesejahteraan rakyat Indonesia.
“Konsep ekonomi berdikari yang diajarkan Bung Karno bukan hanya soal berdiri di atas kaki sendiri secara ekonomi, tetapi juga membangun sistem yang berakar pada kekuatan rakyat, potensi bangsa, dan kedaulatan atas sumber daya nasional,” ujar Vita.
Vita juga menekankan urgensi swasembada pangan di tengah ketergantungan impor dan ancaman krisis pangan global.
“Swasembada pangan bukan sekadar cita-cita, tetapi kebutuhan mutlak dalam menjaga kedaulatan negara. Kita harus mulai dari desa, dari petani, dari lokalitas, untuk membangun sistem pangan nasional yang kuat,” imbuhnya.
Sementara itu, Yogi Rosdianta, Ketua Umum BPC HIPMI Kota Blitar, turut menyampaikan perspektif dunia usaha dalam menghadapi tantangan global, termasuk perang dagang internasional.
“Perang dagang internasional saat ini menunjukkan betapa pentingnya kita memiliki fondasi ekonomi yang kuat di dalam negeri. Pengusaha muda harus adaptif, inovatif, tapi juga sadar akan pentingnya kemandirian ekonomi nasional,” tegas Yogi.
Ia menambahkan bahwa dunia usaha saat ini dituntut untuk tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap kemandirian ekonomi bangsa.
“Kita sebagai pengusaha muda harus memikirkan keberlanjutan ekonomi. Kita butuh sinergi antara idealisme seperti yang dibawa GMNI dan dunia usaha agar konsep ekonomi berdikari tidak hanya menjadi wacana, tapi benar-benar menjadi praktik nyata,” ujarnya.
Diskusi yang berlangsung dalam suasana hangat ini diakhiri dengan sesi dialog interaktif antara narasumber dan para peserta.
Beberapa mahasiswa, pengusaha muda, dan tokoh masyarakat turut memberikan pertanyaan kritis sekaligus apresiasi terhadap inisiatif GMNI dan HIPMI dalam menghadirkan ruang diskusi produktif yang berorientasi pada masa depan ekonomi Indonesia. (*)