KETIK, SURABAYA – Pasar Murah menjadi salah satu program prioritas Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang diinisiasi Gubernur Khofifah Indar Parawansa. Sepanjang tahun 2025 atau sejak dilantik Februari lalu, total sebanyak 118 kali pasar murah digelar di berbagai daerah.
Pekan lalu, Gubernur Khofifah melaksanakannya di Rumah Promosi Produk Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kabupaten Magetan pad Minggu, 5 Oktober 2025.
Pasar Murah merupakan upaya pemprov dalam menjaga daya beli masyarakat dan upaya mendekatkan bahan pokok dengan harga terjangkau.
Pasar murah juga bukan sekadar sarana menjual bahan pokok dengan harga murah, melainkan bagian dari upaya mewujudkan ekonomi berkeadilan yang berpihak kepada rakyat kecil, sekaligus mendekatkan akses bahan pokok yang terjangkau untuk masyarakat.
Pasar murah ini adalah juga bagian dari ikhtiar menjaga keterjangkauan dan keseimbangan harga kebutuhan pokok, sekaligus memastikan agar masyarakat terutama yang berpenghasilan menengah ke bawah tetap bisa mengakses bahan pangan dengan harga adil dan terjangkau.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa (kanan) di sela gelaran Pasar Murah sebagai upaya menstabilkan harga beberapa waktu lalu. (Foto: Biro Adpim Pemprov Jatim)
Menurut Khofifah, keadilan ekonomi harus hadir dalam setiap kebijakan, termasuk dalam pengendalian harga. Karena itu, Pemprov Jatim memastikan harga yang ditawarkan dalam pasar murah bukan hanya meringankan masyarakat, tetapi juga memperhatikan keseimbangan antara produsen, distributor, dan pelaku usaha lokal.
“Kami ingin menghadirkan mekanisme harga yang sehat dan berkeadilan. Pemerintah hadir di tengah masyarakat bukan hanya sebagai pengatur, tetapi juga sebagai penjalin sinergi antara produsen, pelaku usaha, dan konsumen agar semua pihak terlindungi,” tuturnya.
Sementara itu, berbagai kebutuhan pokok dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan harga pasar.
Beras premium dijual seharga Rp14.000 per kilogram atau Rp70.000 per sak, lebih murah dari harga pasar yang mencapai Rp15.166 per kilogram dengan HET Rp14.900.
Beras SPHP dijual Rp11.000 per kilogram atau Rp55.000 per sak, di bawah harga pasar Rp13.333 per kilogram dengan HET Rp13.500, dengan total stok mencapai 10 ton.
Komoditas lain seperti gula pasir dijual Rp14.000 per kilogram dari harga pasar Rp16.166 dan HET Rp17.500. MinyaKita dibanderol Rp13.000 per liter, lebih rendah dari harga pasar Rp15.900 dan HET Rp15.700.
Telur ayam ras dijual Rp22.000 per pack, lebih murah dari harga pasar Rp27.000 per kilogram dan HET Rp30.000.
Bawang merah dijual Rp28.000 per kilogram dari harga pasar Rp33.666 dan HET Rp41.500, bawang putih dijual Rp24.000 per kilogram dari harga pasar Rp30.000 dan HET Rp38.000.
Komoditas lainnya seperti tepung terigu tetap dijual Rp10.000 per kilogram, dan daging ayam ras Rp33.000 per pack dari harga pasar Rp35.333 dengan HET Rp40.000.
“Murahnya harga yang dijual di pasar murah ini untuk menciptakan keterjangkauan harga bahan pokok bagi masyarakat,” kata Khofifah.
Pemprov Jatim terus menggelar pasar murah keliling di berbagai daerah untuk mendekatkan akses masyarakat terhadap bahan pokok.
“Prinsipnya, kami ingin memaksimalkan penjangkauan sedekat mungkin kepada masyarakat supaya sembako benar-benar terjangkau dan stabil,” tuturnya.
Keberhasilan menjaga stabilitas harga di tingkat daerah akan berdampak langsung pada pengendalian inflasi nasional. Pasar murah tidak hanya menjadi kegiatan sosial, tetapi juga strategi jangka panjang dalam menjaga ketahanan ekonomi Jatim.
Ketahanan harga adalah bagian penting dari ketahanan ekonomi. Dan ketahanan ekonomi yang berkeadilan inilah yang terus kita bangun di Jawa Timur. “Inilah bentuk nyata pemerintah hadir, bukan hanya mengawasi, tapi menyeimbangkan,” tegasnya.
Tak itu saja, lebih dari sekadar menekan harga, pelaksanaan pasar murah juga menjadi penggerak ekonomi lokal. Di setiap lokasi, Pemprov Jatim menghadirkan produk UMKM sebagai bagian dari ekosistem ekonomi yang saling menguatkan.
Menurutnya, sinergi ini bukan hanya membuka ruang promosi bagi pelaku usaha lokal, tetapi juga memperkuat rantai pasok antar daerah.
Melalui pasar murah, masyarakat tidak hanya memperoleh kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, tetapi juga mengenal ragam produk unggulan daerah yang memiliki potensi pasar lebih luas.
Upaya ini sekaligus menjadi pintu masuk bagi pengembangan jejaring usaha yang nantinya dapat dikolaborasikan dalam berbagai misi dagang antarprovinsi. (*)